Pengawasan Tenaga Nuklir untuk Jamin Keselamatan Masyarakat

259

BULAKSUMUR, KAGAMA – Pemakaian energi nuklir di Indonesia menjangkau sejumlah sektor. Salah satu sektor yang banyak memanfaatkan energi nuklir adalah kesehatan, khususnya di lingkungan rumah sakit.

Pemakaian energi nuklir di rumah sakit tergolong yang berisiko tinggi. Oleh karenanya, diperlukan pengawasan untuk menjamin keselamatan pekerja medis, masyarakat, dan lingkungan hidup. Pelaksana pengawasan dilakukan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).

Hal itu disampaikan Kepala  BAPETEN Prof Dr Jazi Eko Istiyanto saat konperensi pers menyambut Seminar Keselamatan Nuklir 2017, Selasa (1/8/2017) di Fakultas MIPA UGM, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta. Seminar bertajuk “Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Publik” dimaksudkan agar terjalin komunikasi antara BAPETEN, stakeholder, dan masyarakat sehingga terbangun kesepahaman dalam pengawasan tenaga nuklir.

Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Prof Dr Jazi Eko Istiyanto (kiri), STaf Ahli Bidang Infrastruktur Kemristekdikti Ir Hari Purwanto, dan Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni Dr Paripurna P Sugarda, SH, LLM saat konperensi pers (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Prof Dr Jazi Eko Istiyanto (kiri), Staf Ahli Bidang Infrastruktur Kemristekdikti Ir Hari Purwanto (tengah), dan Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni Dr Paripurna P Sugarda, SH, LLM (kanan) saat konperensi pers (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Sementara itu, Deputi Bidang Perizinan dan Inspeksi BAPETEN Dr Khoirul Huda yang mendampingi Jazi menambahkan, institusi yang tergolong memanfaatkan energi nuklir, khususnya jenis Cobalt 60 adalah yang berisiko tinggi. Lazimnya, jenis tersebut dimanfaatkan di rumah sakit dengan pemanfaatan untuk terapi ataupun diagnosis.

“Yang risikonya tinggi ya, yang pakai Cobalt 60. Di rumah sakit. Bisa untuk macam-macam, terapi, diagnosis. Itu yang risikonya paling tinggi. Tapi, bukan berarti tidak bisa diatasi. Keberadaan BAPETEN untuk mengurangi risiko,” ucap Dr. Khoirul Huda.

Menutus Jazi, dalam menjalankan fungsi pengawasan, ia menganalogikan BAPETEN sebagai aparat kepolisian yang melaksanakan operasi atau razia kepada pengendara di jalan. Dalam kasus pemakaian energi nuklir dilakukan sebagai jaminan kepada masyarakat bahwa pemakaian energi nuklir di tiap-tiap institusi rumah sakit aman. BAPETEN memberikan stiker bertanda khusus yang menandakan aman atau tidak aman.

“BAPETEN seperti  polisi di jalan. Ada complain nggak. Di rumah sakit, ini harus dicatat, walau ada nuklir tapi aman untuk pasien. Dari kami ada stikerisasi. Kalau stiker warna hijau, tandanya bagus. Kuning itu masih bagus. Kalau ada stiker dari kami warna merah, jangan periksa di rumak sakit itu,” terangnya.

Deputi Bidang Perizinan dan Inspeksi BAPETEN Dr Khoirul Huda (tengah) saat konperensi pers (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Deputi Bidang Perizinan dan Inspeksi BAPETEN Dr Khoirul Huda (tengah) saat konperensi pers (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Keberadaan BAPETEN, lanjut Jazi, mendapat regulasi atau payung hukum Undang-Undang No 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Selanjutnya, menyikapi semakin pesatnya perkembangan pemanfaatan tenaga nuklirlah, BAPETEN tidak lagi hanya menitikberatkan pada tiga pilar pengawasan, yaitu peraturan, perizinan, dan inspeksi, melainkan juga melibatkan teknologi informasi dan komunikasi publik (TIK).

Salah satu aplikasi system informasi berbasis web misalnya B@lis Online. Sehingga, pengajuan izin dapat dilakukan melalui online, tanpa perlu membuang energi, waktu, dan biaya. Selain itu, masih ada aplikasi B@lis Inspeksi Online 2.0, yang mengubah paradigma pelaksanaan inspeksi dari model konvensional menjadi model inspeksi partisipatif. Masih ada satu aplikasi lagi, yaitu B@lis pekerja online  yang merupakan bagian dari sistem B@lis online. Mengingat, pekerja radiasi merupakan salah satu persyaratan dari perizinan. Sehingga, pendataan diperlukan sebagai pangkalan data untuk mengetahui pekerja radiasi di Indonesia.

Selanjutnya, ditambahkan Jazi, kegiatan seminar direncanakan akan dilaksanakan keliling ke perguruan tinggi di seluruh Indonesia. tujuannya, agar masyarakat melalui institusi pendidikan tinggi, menjadi aware, menyadari pentingnya mengetahui informasi terkait pemanfaatan tenaga nuklir. [rts]