Pengalaman Prof. Endang S. Rahayu di Jepang yang Berujung Pertemanan Tak Berkesudahan

1881

Baca juga: Mahasiswa UGM Jelaskan Cara agar Keanekaragaman Hayati Indonesia Tidak Dicuri Asing

Pertemanan mereka berlangsung hingga sekarang. Melalui Facebook, mereka saling berinteraksi dan mengetahui kabar masing-masing.

“Kami dulu tergabung dalam Komagata’s Family. Sampai sekarang bersaudara,” ucap Trisye.

Satu teman akrab lagi ditemukan Trisye oleh sang guru, Profesor Sugiyama, saat menyambut tamu dari Pusat Biodiversitas Jamur Belanda (CBS).

Pada kesempatan itu dia dikenalkan oleh sang guru dengan ahli mikologi kelahiran Bandung 23 Maret 1946, Prof. Robert A. Samson.

Keduanya kembali pertemu dalam acara International Micologycal Congress, Jerman, pada September 1990.

Pertemuan singkat Trisye dengan pria yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri itu nyatanya berbuah pertemanan tak berkesudahan.

Jalinan persahabatan mereka menghasilkan berbagai kerja sama.

Baca juga: SARBER KAGAMA Balikpapan yang Hasilkan Ide Cemerlang dan Bikin Suasana Makin Gayeng

Salah satunya ketika Rob Samson menjadi bendahara Asosiasi Ahli Mikrobiologi Internasional (IUMS, International Union of Microbiological Societies).

“Rob Samson senang memberikan uang kepada Saya untuk mengadakan acara di Jogja,” tutur Trisye.

“Acaranya adalah IUMS Outreach Programme. Semacam kegiatan pengabdian masyarakat dari para ahli mikrobiologi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia,” ucapnya.

Di IUMS Outreach Programme, Trisye sering meminta bantuan teman-temannya sesama anak didik Profesor Komagata untuk menjadi pemateri.

Begitu juga ketika diminta teman-temannya untuk mengisi acara di belahan negara lain, Trisye akan dengan senang hati berangkat.

Penerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dari Presiden Joko Widodo ini percaya, berbagai kegiatan kolaborasi mungkin saja tak akan hadir tanpa jalinan pertemanan.

“Ini semua terjadi akibat pertemanan yang tulus dan ikhlas. Pertemanan yang tulus banyak membawa manfaat,” kata Trisye.

“Kepada anak Saya, Saya berpesan, ‘Teman itu harus diopeni (dijaga)’. Kita tidak boleh urik (mengambil keuntungan). Begitu kita urik, pertemanan itu tidak langgeng,” pungkas ahli mikrobiologi pangan ini. (Tsalis/ ed. Taufiq)

Baca juga: Pesan-pesan Almarhum Gus Solah kepada Presiden Jokowi