Pengalaman Masa Kecil Bantu Djumanto Meniti Karier

1328
Kehidupan semasa kecil dan kekayaan ilmunya selama puluhan tahun belajar di dunia pertanian dan perikanan, semakin membuat Djumanto mantap menularkan ilmunya kepada masyarakat. Foto: Kinanthi
Kehidupan semasa kecil dan kekayaan ilmunya selama puluhan tahun belajar di dunia pertanian dan perikanan, semakin membuat Djumanto mantap menularkan ilmunya kepada masyarakat. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Lahir dari keluarga petani, Dr. Ir. Djumanto, M.Sc., (57) punya keinginan untuk bergelut di bidang pertanian.

KAGAMA berkesempatan untuk menemui Kaprodi S1 Manajemen Sumber Daya Akuatik ini di ruang kerjanya, tepatnya di Laboraturium Manajemen Sumber Daya Perairan.

Meski tampak sibuk membimbing mahasiswanya, Djumanto dengan senang hati meluangkan waktu untuk berbagi cerita seputar pengalamannya di dunia pertanian.

Sejak SMP, Djumanto sudah terbiasa membajak sawah, matun (menyiangi tanaman padi), memupuk, menggendong tangki penyemprot hama yang beratnya 25-30 kg dan memanen padi milik keluarga.

Tidak ada latihan khusus untuk bertani, Djumanto cukup mengamati orang tuanya sehari-hari.

“Belajar bertani tentu untuk bantu-bantu orang tua. Dan tidak disangka pengalaman ini banyak membantu Saya di pekerjaan,” pungkas pria asal Colomadu, Jawa Tengah ini.

Baca juga: Pemangkasan Birokrasi Akan Lahirkan Kemiskinan Struktur, Tetapi Kaya Fungsi

Tertarik Belajar Perikanan

Namun, seiring berjalannya waktu, Djumanto justru ingin menggeluti dunia yang berbeda, yaitu perikanan.

Ketika masih SD dia sudah terbiasa menjala ikan di sungai Pepe yang melintasi depan rumahnya, hasilnya untuk lauk makan satu keluarga.

Namun, kala itu juga marak penggunaan pestisida untuk meracuni ikan yang menyebabkan jumlah ikan disungai semakin sedikit dan sulit dijala.

Dalam benaknya terpikir untuk mengajak masyarakat menjaga lingkungan perairan yang sehat sehingga biota ikan dapat hidup nyaman.

Terlebih lagi, ikan sangat dibutuhkan dan di masa depan memberikan banyak manfaat bagi manusia.

Pasalnya, agar seseorang hidup sehat, dia membutuhkan 1 g protein per kg bobot tubuh, yang separuhnya dapat dipenuhi dari ikan.

Sayangnya, Indonesia sebagai negara maritim justru kurang fokus pada dunia kelautan kala itu.

Baca juga: Pemangkasan Birokrasi Harus Dinamis dan Efektif