Pendekatan yang Harus Dipakai untuk Menuju Budaya Tatanan Baru

325

Baca juga: KAGAMA Bengkulu Beri Edukasi kepada Masyarakat untuk Olah Sampah Jadi Pupuk Organik

“Nah, bagaimana cara dia supaya setelah ditempa tidak kembali ke bentuk semula? Inilah yang namanya adept. Tiga siklus ini bisa digunakan untuk mengelola perubahan kita,” terangnya.

Eddi mengatakan, seseorang harus menyadari bahwa perubahan memang harus dilakukan dalam dirinya ketika memutuskan mengambil (adopt) ide baru.

Contohnya, seseorang mesti sadar, semangat, dan setuju untuk menggunakan masker dalam masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Jika kesadaran telah terbangun, lantas terjadi penyesuaian hingga terbiasa.

Di titik ini, Eddi menilai, orang mulai fasih, terampil, dan konsisten terhadap kebiasaan-kebiasaan baru. Sehingga, terjadilah pola new normal.

Baca juga: Ganjar Dorong Lahirnya Entrepreneur Lewat Kartu Prakerja

Di sisi lain, Eddi memandang, setiap tahapan adopt, adapt, dan adept selalu memiliki tantangan tersendiri.

Akan tetapi, seluruhnya bisa diatasi dengan alat-alat dalam change management. Di antaranya adalah strategi komunikasi, dukungan (sponsorship), training, coaching, dan pengelolaan resistensi.

Namun, pihak sponsorship adalah elemen yang paling ditekankan oleh Eddi.

“Sponsor adalah leader atau orang yang paling bertanggung jawab dalam program perubahan. Dia harus hadir di sepanjang program,” tutur Eddi.

“Para pelaku perubahan juga ingin melihat keberadaan sponsor di sepanjang program. Seringkali leader hanya muncul di awal-awal saja. Sponsor juga harus membangun koalisi dengan para pemangku kepentingan,” katanya.
 (Ts/-Th)

Baca juga: Sekjen KAGAMA: Kartu Prakerja Harus Adaptif dalam Situasi Pandemi