Pembangunan SDM Indonesia Harus Punya Target dan Arah yang Jelas

377
Ekonom Core Indonesia Hendri Saparini menyakini penting dilakukan pemanfaatan teknologi untuk mengejar ketertinggalan Indonesia secara nasional. Foto : Maul/KAGAMA
Ekonom Core Indonesia Hendri Saparini menyakini penting dilakukan pemanfaatan teknologi untuk mengejar ketertinggalan Indonesia secara nasional. Foto : Maul/KAGAMA

KAGAMA.CO, DENPASAR – Setelah mengetahui kemampuan matematika, literasi baca dan sains masyarakat Indonesia rendah.

Ekonom Faisal Basri mengajak masyarakat untuk mengevaluasi upaya yang telah dilakukan selama ini, serta faktor penyebab pendidikan Indonesia masih tertinggal.

Hal ini dia bahas lebih dalam lewat Seminar Pra Munas Kagama, yang mengusung tema Kesiapan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Menuju Indonesia Maju, dengan sub topik Road Map Pembangunan SDM Indonesia di Hotel Grand Inna Bali Beach, Denpasar, Bali, Kamis (14/11/2019).

Menurutnya tujuan pembangunan SDM, terutama melalui pendidikan, harus memiliki target yang jelas dan terarah.

Dia mengusulkan agar Indonesia menaikkan rerata kemampuan matematika, literasi baca dan tulis di tingkat ASEAN.

Ekonom Core Indonesia Hendri Saparini menyetujui gagasan Faisal.

Itu menjadi roadmap pertama Indonesia, teknologi memudahkan kita untuk membuat inovasi pendidikan.”

“Namun, kita baiknya mengadopsi, bukan meniru apa yang dibuat negara lain,” tuturnya.

Hendri pun menjelaskan, penting dilakukan pemanfaatan teknologi untuk mengejar ketertinggalan Indonesia secara nasional.

Baca juga: Upaya Membangun SDM Indonesia Maju Perlu Diimbangi dengan Kearifan Lokal

Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak, jika tidak ada pemerataan yang tinggi, maka kita tidak akan mampu mengejar ketertinggalan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, menurut Hendri, cukup tinggi.

Tetapi, dia mencermati lebih detail, jumlah provinsi yang IPM-nya di bawah rerata nasional ada setengah dari total jumlah provinsi di Indonesia.

“Jadi PR kita adalah melakukan pembangunan SDM yang merata, sehingga ekonomi tidak hanya terpusat di Jawa dan Sumatera yang 80 persen selama 20 tahun tidak berubah,” ujar Hendri.

Dia menilai, pengembangan SDM harus sesuai dan searah dengan prioritas pembangunan Indonesia.

“Kita tidak sedang memproduksi SDM yang berkualitas, tetapi membangun SDM untuk memenuhi kebutuhan kita dalam membangun ekonomi Indonesia,” tuturnya.