Peluang dan Tantangan Kalibiru sebagai Ekowisata

1446
Ekowisata Kalibiru.(Foto: ugetuget.com)
Ekowisata Kalibiru.(Foto: ugetuget.com)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pengelolaan hutan di Indonesia telah mengalami perubahan paradigma. Masyarakat dilibatkan untuk mengelola, baik pengelolaan hutan lindung maupun hutan produksi.

Dalam mengelola hutan produksi, masyarakat terlibat untuk dalam hal pemanfaatan kawasan, penanaman tanaman hutan berkayu, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

Sedangkan pada hutan lindung, masyarakat hanya bisa melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. Hal ini bisa dilakukan melalui budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, budidaya jamur, budidaya lebah, penangkaran satwa liar, rehabilitasi satwa atau budidaya hijauan makanan ternak.

Namun jika bisa melihat dengan jeli, hutan kemasyarakatan juga bisa memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika dapat dikembangkan menjadi ekowisata.

“Salah satu kawasan Hutan Kemasyarakatan di Yogyakarta yang kini berhasil menjadi ekowisata adalah Hutan Kemasyarakatan yang terletak di dusun Kalibiru, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo DIY,” tulis Indah Novita, San Afri, Wahyu Andayani dan Priyono.

Hal tersebut tertulis dalam penelitian berjudul Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan Dengan Skema Hutan Kemasyarakatan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diterbitkan dalam  Jurnal Manusia dan Lingkungan oleh Pusat Pusat Studi Lingkungan Hidup, UGM, peneliti mencoba menjelaskan peluang dan tantangan pengelolaan Hutan Kemasyarakatan.

Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Kulonprogo ini mulanya dikelola oleh tujuh kelompok. Mereka tergabung dalam satu Komunitas Lingkar. Fungsi dari komunitas Lingkar adalah membahas semua kegiatan kelompok, termasuk kegiatan ekowisata.

Sebagaimana diketahui, prospek pengembangan ekowisata Hutan Kemasyarakatan di Kulon Progo sangat baikj, apalagi sebelumnya tak jauh dari lokasi, telah dibangun Waduk Sermo pada tahun 1996 yang juga menjadi salah satu tujuan wisata di Kulon Progo.

Daya tarik yang dimiliki oleh Kalibiru sendiri diantaranya seperti suguhan pemandangan perbukitan dan waduk sermo, udara yang masih sejuk dan bersih, dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik seperti Enam buah pondok dari kayu dan bambu, joglo, 4 gardu pandang, 1 flying fox, kantor, warung makanan, dan toilet.

“Selain karena kalibiru saat ini ialah andalan daya tarik wisata hutan kemasyarakatan di Kulon Progo. Peluang Kalibiru sebagai ekowisata juga karena masih ada aktivitas petani hutan kemasyarakatan di sekitarnya masih berpeluang untuk menjadi daya tarik wisata, misalnya aktivitas beternak atau menyadap nira dan pembuatan gula,” tulis Indah Novita dkk.

Untuk Tantangan pengembangan ekowisata di Kalibiru sendiri mencakup tantangan dari segi finansial, infrastruktur dan kesiapan masyarakat setempat. Secara finansial, masyarakat masih tergantung pada bantuan pemerintah, walaupun ada kesediaan dari masyarakat untuk secara swadana dan swadaya membiayai sebagian besar kegiatan pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur awal.

Dari sisi infrastruktur, walaupun sebagian akses jalan sudah baik, masih perlu diperbaiki juga infrastruktur lainnya. Dari sisi kesiapan masyarakat setempat, masih perlu dukungan pelatihan kepariwisataan, kelembagaan dan manajemen agar dapat semakin paham mengelola suatu area ekowisata yang sehat, yang seimbang antara perwujudan kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.(Rosa)