Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Pandemi Covid-19 di Bidang Ekosistem dan Lingkungan

596
Pakar ekologi landskap dan biologi konservasi UGM, Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan mengatakan, pandemi Covid-19 mengharuskan semua orang untuk physical distancing, telah mengembalikan udara bersih yang diharapakan. Pencemaran lingkungan dan ancaman terhadap ekosistem mulai berkurang. Foto: Ist
Pakar ekologi landskap dan biologi konservasi UGM, Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan mengatakan, pandemi Covid-19 mengharuskan semua orang untuk physical distancing, telah mengembalikan udara bersih yang diharapakan. Pencemaran lingkungan dan ancaman terhadap ekosistem mulai berkurang. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Sebelum adanya pandemi Covid-19, ekosistem di Indonesia, terutama bakau berada dalam kondisi rusak dan tak lagi bisa kembali pulih tanpa usaha manusia.

Dosen Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan mengatakan, telah dilakukan usaha pemulihan di pantai utara Jawa.

“Namun, sayangnya usaha tersebut hanya dilakukan untuk satu jenis bakau saja. Padahal hutan bakau kita yang sehat, kaya akan jenis,” jelasnya.

Tjut membabarnya dalam acara UGM Talks: Keseimbangan Baru Ekosistem Hutan dan Lingkungan Hidup secara daring beberapa waktu lalu.

Data yang dikutip Tjut menerangkan bahwa diprediksikan tutupan hutan di Pulau Sumatera pada 2022 hanya tinggal 30 persen, sedangkan di Jawa 3 persen.

Baca juga: Belinda Ungkap Hubungan Kerusakan Hutan dengan Penyebaran Virus

Kerusakan ekosistem hutan ini kata Tjut juga disebabkan oleh perilaku manusia di masa lalu.

Persoalan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk pemanen kayu menyebabkan ekosistem hutan dalam skala landscape menjadi rusak. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, hingga Papua.

HPH menyisakan deretan persoalan besar yang berdampak negatif pada ekosistem hutan, misalnya kegiatan penambangan besar-besaran.

Di masa kini, alih fungsi lahan yang besar menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) sangat tinggi. Seperti perkebunan sawit dalam skala landscape hampir tumbuh di semua pulau besar di Indonesia.

Mengutip informasi yang pernah disampaikan Presiden Joko Widodo tahun lalu, Tjut mengatakan bahwa besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 12 juta hektar.

Baca juga: Marten Taha Resmi Buka Seluruh Destinasi Wisata di Kota Gorontalo