Pangandaran, Saksi Putri Pajajaran Menjadi Ratu Kidul

6634

Baca juga: Perjuangan Ketua Umum KABIDGAMA Menjadi Bidan Berprestasi Global

“Banyak para pangeran dari berbagai kerajaan ingin melamar putri Pajajaran. Raja dari Daha, Jenggala, Kahuripan, Banjar, Serdang, Goa, Bugis, dan Siak berkirim surat kepada raja Pajajaran.”

“Intinya mereka bermaksud ingin besanan,” beber dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY tersebut .

Purwadi melanjutkan, sayang seribu sayang, Dewi Ratna Suwida belum bisa memenuhi semua lamaran kehormatan itu.

Sang putri Pajajaran sadar bahwa dirinya tengah dirundung malang yang sangat dirahasiakan.

Dia menderita sakit budhug yang amat parah. Penyakit budhug menurut Purwadi sejenis dengan lepra (infeksi bakteri yang menyerang kulit, saraf tepi, dan pernapasan).

Baca juga: Dilantik oleh Raja Mataram, Bupati Pertama Kendal Ternyata Cucu Raja Pajang

Karena itu, daripada menanggung malu dan menyesal, Ratna Suwida menolak semua lamaran. Penolakan itu semata-mata untuk kebaikan bersama.

“Atas saran eyangnya, Sang Hyang Suranadi yang menguasai mahkluk halus Kerajaan Sigaluh, Dewi Ratna Suwida disuruh tapa kungkum atau berendam di Telaga Ratu,” ucap Purwadi.

“Tapa kungkum atau berendam yang dilakukan Dewi Ratna Suwida menambah pancaran kecantikan,” tambahnya.

Sang Hyang Suranadi memang amat cinta pada cucunya. Pada tahun 346 Saka, Sang Hyang Suranadi lengser keprabon madeg pandhita.

Dia menyerahkan takhta kekuasaan kepada Ratna Suwida. Dengan demikian, Dewi Ratna Suwida menjadi raja di Kraton Sigaluh.

Baca juga: Pengalaman Mumtihana Muchlis yang Mendapat Hibah Internasional di Bidang Kebidanan