Pandemi Covid-19 Munculkan Persoalan Limbah Medis

349
Dosen dan peneliti minat lingkungan FMIPA UGM, Suherman, Ph.D. menyoroti fenomena baru di tengah pandemi virus corona. Foto: ekbizz
Dosen dan peneliti minat lingkungan FMIPA UGM, Suherman, Ph.D. menyoroti fenomena baru di tengah pandemi virus corona. Foto: ekbizz

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Dosen dan peneliti minat lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Suherman, Ph.D., menyoroti fenomena baru di tengah pandemi virus corona.

Selain berdampak pada sektor ekonomi dan kesehatan, pandemi ini memberikan dampak berupa sampah medis yang menumpuk.

Misalnya masker yang masuk dalam kategori sampah non daur ulang.

Alat Pelindung Diri (APD) yang dibuat dari fiber dan kertas ini harus dibuang usai dikenakan.

“Bisa dibayangkan, berapa juta sampah masker yang ada di lingkungan sekitar, mengingat prediksi pandemi Covid-19 ini akan dihadapi dalam beberapa waktu mendatang, mengingat ada 270 orang Indonesia yang harus dilindungi,” ungkap Suherman pada Rabu (27/5/2020).

Baca juga: Adopsi Gerakan Canthelan, KAGAMA Sulbar Galang Solidaritas di Masa Pandemi

“Masker ini berbeda dengan sampah lain, misalnya alkohol yang menjadi bahan utama hand sanitizer. Yang seperti ini relatif aman karena mudah menguap ke udara menjadi gas,” imbuhnya.

Di tengah permintaan masker yang melambung, kata Suherman, tak jarang dijumpai pihak yang mendaur ulang sampah masker.

Bagi masyarakat yang mengenakan masker sekali pakai, masker ini mesti dirusak atau dipotong terlebih dahulu sebelum dibuang.

Untuk mengolah sampah jenis ini, bisa dilakukan dengan metode insenerator atau perlakuan termal non oksigen.

Penanganan limbah medis seperti masker ini telah tercatat di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PermenLHK) No. 56 Tahun 2015, soal Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Kesehatan.

Baca juga: KAGAMA Sulbar Distribusikan Bantuan APD ke Polewali Mandar