Pandemi Covid-19 Menuntut Akademisi untuk Semakin Inovatif dan Melek Teknologi

178

Baca juga: Ketua KAGAMA Malang Ingin Alumni Lintas Generasi Semakin Guyub

Di samping itu, praktik kerja di laboraturium memang bisa dilakukan secara daring. Namun, capaian pembelajaran yang didapat tidak bisa 100 persen.

Meskipun menemui sejumlah kendala, pandemi Covid-19 memberikan dampak positif kepada para akademisi untuk bergerak maju dalam memanfaatkan teknologi.

“Kalau dulu kita sampai harus ikut workshop e-learning. Sekarang kita dipaksa dalam situasi yang mendesak harus bisa belajar sendiri,” ungkap pria asal Surakarta, Jawa Tengah ini.

Demikian juga bagi dunia pendidikan di bidang kefarmasian, mulai muncul akselerasi, inovasi, dan kreativitas terkait penemuan alat kesehatan dan obat tradisional.

Agung berharap semangat ini terus dipertahankan, demi kemajuan ilmu pengetahuan. Di saat yang sama, akan ada aspek edu-tech yang menjamur ke depannya.

Baca juga: Naik 66 Peringkat, UGM Melesat ke Urutan 254 Dunia

Pentingnya Social Skill

New normal, kata Agung, mendukung bergeraknya era revolusi industri 4.0.

Seperti yang telah diketahui, di era tersebut sebagian besar perusahaan memanfaatkan teknologi untuk berbisnis, digital talent gap semakin lebar, dan tenaga kerja dituntut meningkatkan keterampilan di bidang teknologi digital.

Social skill masih menjadi penting. Ini satu-satunya nilai yang tak bisa bergeser saat era 4.0 dan New Normal datang,” tutur dosen lulusan Ehime University ini.

Jika new normal diterapkan, maka dunia pendidikan akademik harus melakukan reorientasi kurikulum yang berbasis literasi baru, antara lain literasi data (big data), literasi teknologi (internet of things), dan literasi manusia.

Hal ini sudah mulai direalisasikan oleh Kemendikbud dan Kemenristekdikti. Selain literasi baru, perlu juga dilakukan blended learning yakni, mengkombinasikan pembelajaran online dengan offline.

“Untuk mendukung blended learning ini, Kemenristek memberikan hibah dan bimbingan teknologi dari Belmawa.”

“Semua tenaga pendidik harus membekali keterampilan yang mendukung era 4.0, agar bisa bertahan di era new normal,” jelasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Jika Perlu, Ada Simulasi New Normal