Pakar UGM Sebut Lockdown Kampung dan Penyemprotan Disinfektan di Jalan Tidak Diperlukan

1132
(Ilustrasi) Menurut WHO, penyemprotan pada manusia tidak dianjurkan. Ini hanya akan menimbulkan keamanan semu, karena jika sudah terinfeksi dia tetap bisa menyebarkan walau sudah disemprot. Foto: Tribun/ Ahmad Syarifudin
(Ilustrasi) Menurut WHO, penyemprotan pada manusia tidak dianjurkan. Ini hanya akan menimbulkan keamanan semu, karena jika sudah terinfeksi dia tetap bisa menyebarkan walau sudah disemprot. Foto: Tribun/ Ahmad Syarifudin

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Di tengah pandemi Covid-19, beberapa wilayah desa atau kampung berinisiatif menerapkan lockdown.

Hal ini dirujukan untuk membatasi aktivitas dan kegiatan lalu lintas keluar masuk wilayah.

Koordinator tim respons Covid-19 UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD, mengatakan, lockdown kampung sebetulnya tidak diperlukan.

Menurutnya, sebagian orang latah menggunakan kata lockdown, sehingga menimbulkan kebingungan di masyarakat.

“Sebenarnya dengan social distancing saja sudah bisa menurunkan curva epidemiknya. Apalagi jika disertai dengan penemuan kasus yang memadai,” tuturnya dalam jumpa pers daring, pada Senin (30/03/2020).

Baca juga: Keterbukaan Informasi dari Pemerintah Penting untuk Mengurangi Berita Hoaks

Doni berpendapat, perlu ada edukasi ke masyarakat bahwa penerapan lockdown di kampung-kampung bukan menjadi solusi tepat.

Sebab, ada risiko sosial yang bisa ditimbulkan dari penerapan lockdown ini.

Doni melihat, dalam penerapan lockdown ini warga justru banyak berjaga di posko-posko untuk memastikan tidak ada orang yang masuk.

Hal ini, kata Doni, jelas menimbulkan risiko, karena malah membuka tempat berkumpul.

Di samping itu, penerapan lockdown bisa memunculkan risiko sosial, misalnya menimbulkan kecurigaan warga terhadap orang yang tidak dikenal.

Baca juga: Beragam Upaya KAGAMA Bali Cegah Penyebaran Wabah Covid-19