Pakar UGM Angkat Bicara Soal Kontaminasi Nuklir di Serpong

542

Baca juga: KAFEGAMA DIY Resmi Dilantik, Berikut Susunan Pengurusnya

“Nuklir di Indonesia digunakan untuk kesejahteraan masyarakat (sektor energi dan non energi). Hal yang paling umum adalah untuk pembangkit listrik,” ucap Andang pada Kamis (20/2/2020).

“Sementara, radiasi nuklir telah dimanfaatkan untuk berbagai bidang, seperti medis, industri, pertanian, pertambangan, hidrologi, keamanan dan pengembangan ilmu pengetahuan,” tambahnya.

Andang mengungkapkan bahwa reaksi nuklir dalam reaktor ini dikendalikan dengan sangat ketat dan dikungkung secara berlapis-lapis, sehingga bahan radioaktif yang terbentuk di dalam reaktor tidak mungkin lolos ke luar dari pengungkung reaktor.

Soal peristiwa di Serpong, Andang menuturkan bahwa secara teoretis ini dapat terjadi karena faktor ketidak sengajaan, yaitu bencana alam, teknologi, dan human error, serta faktor kesengajaan, seperti sabotase dan pencurian.

Untuk mengantisipasi hal itu diperlukan sistem keselamatan seperti pengungkung berlapis, penahan radiasi, sistem interlock, serta standar pelaksanaan operasi.

Baca juga: Mahasiswa Biologi UGM Temukan Spesies Baru Bakteri Penghasil Antibiotik dari Cemoro Sewu

Sementara itu, lolosnya zat radioaktif akibat faktor kesengajaan dapat dikategorikan sebagai masalah keamanan.

Faktor tersebut dapat diantisipasi dengan menerapkan sistem keamanan nuklir yang mencakup pendeteksian dini ancaman dan pelaku, penghalangan dan perlambatan aksi pelaku, penghalangan dan perlambatan aksi pelaku, serta penghalauan dan pelumpuhan.

Andang menyebut bahwa peristiwa yang terjadi di Serpong tergolong sebagai sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, jika merujuk pada aturan yang berlaku.

“Perlu dilakukan pelacakan yang melibatkan BAPETEN sebagai pengawas, kepolisian, serta BATAN untuk permasalahan ini,” ucap Andang.

Di sisi lain, soal bahaya kontaminasi akibat zat radioaktif, salah seorang anggota tim pakar, Ir. Haryono Budi Santoso meminta masyarakat tak risau.

Baca juga: 30 Tahun Mengabdi, Ketua KAGAMA Sleman Sebut Alumni UGM Low Profile Sejak Dulu