Pakar Oseanografi Biologi Sebut Pandemi Beri Dampak Positif Bagi Kelestarian Terumbu Karang

858

Baca juga: Berkat Teknologi dan Gaya Hidup, Ahmad Shofi Yakin Regenerasi Petani Akan Terwujud

Alumnus Fakultas Biologi UGM angkatan 1974 itu mengungkapkan, menangkap ikan dengan bahan peledak masih dilakukan di beberapa daerah.

Sama seperti ekosistem lainnya, habitat lamun sering alami kerusakan akibat ulah manusia, berupa aktivitas konstruksi dan pembangunan di kawasan pesisir.

“Banyak sekali pembangunan dilakukan di daeraah pantai, yang akhirnya turut merusak ekosistem laut dan pinggiran pantai, yang kemudian menyebabkan kerusakan pada mangrove, coral, dan lamun, sampai akhirnya terjadi sedimentasi pada terumbu karang,” tutur pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI ini.

Menurutnya perlu dibuat manajemen ekosistem yang terintegrasi. Manajemen ekosistem pesisir, kata Suharsono, status kesehatannya harus dijaga dengan baik dengan intensif melakukan monitoring.

Kemudian menggunakan pendeketan Marie Protected Area (MPA) untuk mengembangkan tiga ekosistem utama tersebut, memanajemen tindakan masyarakat, dan memitigassi perubahan iklim.

Baca juga: Warga KAGAMA Bali Ajak Masyarakat Setempat Kembali Bertani dengan Manfaatkan Teknologi

“Manajemen yang kita buat harus efektif dan efisien. Kalau pola manajemen bagus, maka manusianya juga akan terkendali. Saat ini kita sedang menghadapi pandemi Covid-19.”

“Kondisi ini memang menyulitkan kita, tetapi membawa hikmah bagi kelestarian ekosistem pesisir,” ujarnya.

Suharsono menerangkan, dari sisi ekologis dan biologis, pembatasan aktivitas manusia di masa pandemi memberi dampak positif bagi kelestarian ekosistem pesisir.

Adanya Covid-19 menurunkan aktivitas eksploitasi sumber daya dan menurunkan tekanan pada ekosistem, serta memberi kesempatan pada ekosistem dan sumber daya hayati untuk pulih kembali.

Pasca Covid-19, Suharasono mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif menyediakan data informasi untuk pengelolaan daerah konservasi.

Baca juga: Tata Kelola Sistem Produksi Pangan Kunci Wujudkan Jargon ‘Forest For Food’