“Opera Rumah Kita” : Bersatu dalam Kebhinnekaan

937

BULAKSUMUR, KAGAMA – Green Network Indonesia (GNI) kembali menggelar pentas seni pertunjukan komedi musikal di Kota Budaya Yogyakarta. Kali ini mengangkat sketsa komedi Opera Rumah Kita, Sabtu (5/8/2017) malam di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta. Selain berkolaborasi bersama seniman, komedian, dan musisi Yogyakarta, kali ini GNI juga mengundang musikus kawakan Achmad Albar.

Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Prof. Dr. Sri Adiningsih, M. Sc. pun ikut memeriahkan pertunjukan yang dibintangi Susilo Nugroho alias Den Baguse Ngarsa, Agoes Kencrot, Bambang Gundul, Dibyo Primus, Eko Bebek, Srundeng, dan lainnya. Turut mendukung dari GNI antara lain Ketua Umum GNI Dr. Ir. H. Transtoto Handadhari, SHA, M.Sc, Diplomat Senior Rudhito Widagdo, S. H., MBA,  Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, M. M., serta Miss Fransiska dari GNI JawaTimur.

Ketua Wantimpres Prof. Dr. Sri Adiningsih, M. Sc. (kedua dari kanan) turut mendukung "Opera Rumah Kita" dengan bintang komedian Susilo Nugroho serta Ketua Umum GNI Transtoto Handadhari serta Miss Fransiska, sebagai media sosialisasi penyadaran akan berbangsa dan bernegara (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)
Ketua Wantimpres Prof. Dr. Sri Adiningsih, M. Sc. (kedua dari kanan) turut mendukung “Opera Rumah Kita” dengan bintang komedian Susilo Nugroho serta Ketua Umum GNI Transtoto Handadhari serta Miss Fransiska, sebagai media sosialisasi penyadaran akan berbangsa dan bernegara (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)

Tamu undangan yang menghadiri pertunjukan tersebut, antara lain Komisaris PT Pupuk Kaltim Ir. Bambang Supriyambodo, Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Bambang Hendroyono, M. M., Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si, GBPH Prabukusumo, serta pengusaha Yani Saptohudoyo, dan lainnya.

Sebelum Opera Rumah Kita digelar, Transtoto Handadhari memimpin Deklarasi GNI Berbangsa. Selanjutnya, giliran para komedian dengan lawakan khas Yogyakarta beraksi, mengisahkan kehidupan masyarakat miskin di bantaran Sungai Code. Kemudian, timbul kasak-kusuk pemukiman mereka terancam penggusuran oleh pemodal dari luar yang berencana membangun hotel dan apartemen. Aksi kocak pun dilontarkan bergantian dari para komedian, diselingi hiburan tembang dangdut Terajana dan penampilan Achmad Albar alias Iyek dengan tembang-tembang hitsnya nan legendaris, Panggung Sandiwara, Syair Kehidupan, Semut Hitam, dan Rumah Kita.

Sri Adiningsih (paling kanan) bersama suami, dr. Kunta Setiaji dan pengusaha Yani Saptohudoyo (paling kiri) sebelum pementasan "Opera Rumah Kita" (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)
Sri Adiningsih (paling kanan) bersama suami, dr. Kunta Setiaji dan pengusaha Yani Saptohudoyo (paling kiri) sebelum pementasan “Opera Rumah Kita” (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)

Sri Adiningsih yang hadir bersama suami, dr. Kunta Setiaji kepada kagama.co mengatakan, ia sudah lama ikut terlibat dalam GNI yang dipimpin Transtoto. Kemudian, dalam perjalanannya, organisasi tersebut berkembang menjadi Perkumpulan GNI Berbangsa yang  dideklarasikan malam itu juga. Kelak, di bawah GNI Berbangsa, gerakan GNI tidak hanya pada lingkungan dan pelestarian alam namun juga peduli dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dengan GNI Kebangsaan kita ingin memberikan kontribusi terhadap kebangsaan Indonesia. Bagaimana empat Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI semakin diperkuat,” ucap alumnus Fakultas Ekonomi UGM yang lulus 1985.

GBPH Prabukusumo pun menyambut baik dan membuka diri untuk ikut terlibat dalam gerakan GNI Berbangsa. Menurutnya, visi misi GNI sesuai dengan prinsipnya, yaitu migunani tumrap ing liyan (bermanfaat bagi orang lain) atau masyarakat. Selain itu, ia juga sudah lama terlibat dalam gerakan pelestarian lingkungan, seperti aksi penanaman pohon pada era 1980-an.

“Saya kira selama migunani tumrap ing liyan, saya mendukung. Saya juga pernah melakukan gerakan pelestarian, penghijauan, melalui penanaman pohon perindang. Selama kita menempatkan gerakan dalam porsi proporsional, saya mendukung,” urai alumnus Fakultas Psikologi UGM  Angkatan 1975.

Staf Kepresidenan Ir. Bambang Supriyambodo yang juga aktif di GNI Berbangsa sebagai Wakil Ketua (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)
Komisaris PT Pupuk Kaltim Ir. Bambang Supriyambodo yang juga aktif di GNI Berbangsa sebagai Wakil Ketua (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)

Dihubungi terpisah, Bambang Supriyambodo yang juga sebagai Wakil Ketua GNI Berbangsa, mengharapkan kesadaran masyarakat, terutama dari generasi muda untuk berkomitmen dalam berorganisasi dengan modal keikhlasan, ketekunan, dan kerelaan dalam berjuang. Sehingga, gerakan penyadaran dan pemberdayaan dapat berjalan efektif dan berkesinambungan.

“Saya berharap, apa yang kita lakukan bermanfaat dan aktivitasnya terprogram. Bagaimana generasi muda yang sudah mulai melupakan budaya, kita bangkitkan. Melalui budaya, kita mulai penyadaran pada lingkungan. Di Yogya, misalnya sungai-sungai yang menjadikan suatu pandangan selalu kalau di Jawa itu sungai itu belakang. Tapi, bagaimana mengubah pandangan itu. Seperti Kali Code, kita jadikan sebagai bagian depan dari tempat tinggal kita. Nah, ini bagaimana kita bisa mengajak masyarakat ikut berperan,” ucap alumnus Fakultas Kehutanan UGM Angkatan 1980.

(ki-ka) GBPH Prabukusumo,  Bambang Hendroyono (Sekjen Kemenhut),  Bambang Supriyambodo (Komisaris PT Pupuk Kaltim) dan istri,  Sri Adiningsih (Wantimpres) (Foto ISTIMEWA)
(ki-ka) GBPH Prabukusumo, Bambang Hendroyono (Sekjen Kemenhut), Bambang Supriyambodo (Komisaris PT Pupuk Kaltim) dan istri, Sri Adiningsih (Wantimpres) (Foto ISTIMEWA)

Jarot Kusumayakti yang kesekian kali ikut manggung, mengungkap wawasannya pada format gerakan GNI yang lebih mengerucut kepada seni budaya sebagai bagian dari proses penyadaran berbangsa secara benar. Dalam amatannya, GNI kali ini mencoba menyosialisasikan pada penyadaran terhadap anak bangsa dengan membuat sistem lambang negeri ini sebagai rumah besar milik bersama atau “Rumah Kita”.

“Maksudnya, dengan rumah kita, tentu harapannya kalau ada kritik, ya ada solusinya. Sehingga, seperti kita tinggal di rumah sendiri, seperti berada di rumah kita, kalau kita melakukan kritik ya, yang membangun. Yang menjadikan rumah kita menjadi lebih baik,” terangnya.

Penampilan musikus legendaris Achmad Albar alias Iyek bersama komedian Yogyakarta (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)
Penampilan musikus legendaris Achmad Albar alias Iyek bersama komedian Yogyakarta dalam “Opera Rumah Kita” (Foto Ayudya Mentari/KAGAMA)

Pencapaian rumusan organisasi dari Yayasan GNI yang berkembang menjadi GNI Berbangsa sekaligus menemukan media pemaknaannya melalui lagu Rumah Kita karya Achmad Albar. Dengan capaian tersebut sekaligus mendapatkan kecocokan maknanya sesuai kondisi bangsa dan negara Indonesia yang majemuk atau bhinneka.

“Jadi, rumah kita lebih ke persatuan. Indonesia ini milik kita. Jadi, kita harus membangun, harus memperbaiki dalam semangat persatuan,” tandasnya.[rts]