Nuansa Wayang dan Perjuangan Bakal Warnai Nitilaku UGM 2019

597
Ketua Paniti Nitilaku 2019, Adji Kusworo mengatakan, Nitilaku bukan hanya menjadi kegiatan sivitas akademik, namun dapat dihibahkan menjadi event kultural dan pariwisata, dan nantinya akan melibatkan masyarakat. Foto: Humas UGM
Ketua Paniti Nitilaku 2019, Adji Kusworo mengatakan, Nitilaku bukan hanya menjadi kegiatan sivitas akademik, namun dapat dihibahkan menjadi event kultural dan pariwisata, dan nantinya akan melibatkan masyarakat. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-70, Universitas Gadjah Mada kembali menggelar Nitilaku.

Nitilaku UGM 2019 bakal diadakan pada Minggu (15/12/2019), dimulai dengan Pawai Alegoris dari Pagelaran Kraton Yogyakarta dan akan berakhir di Balairung UGM.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Ruang Sidang Pimpinan 2 Gedung Pusat UGM, Ketua Panitia Nitilaku UGM 2019, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D mengungkapkan perihal jalannya kegiatan tersebut.

Adji mengungkapkan, tahun ini merupakan Nitilaku keempat yang dilaksanakan oleh kelompok kerja, yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Kagama.

Dosen Program Studi Pembangunan Manusia dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIPOL ini menerangkan, Nitilaku akan berlangsung dalam bentuk street festival.

Tahun ini Nitilaku mengusung tema Kebhinnekaan Warisan Budaya sebagai Tumpuan Jiwa Satria Bangsa Menuju Keunggulan Nusantara.

Pawai Alegoris Nitilaku 2019 UGM nantinya akan melewati Jalan Malioboro, Jalan Abubakar Ali, Stadion Kridosono, Kotabaru, Jalan Cik Ditiro,dan lurus ke Universitas Gadjah Mada.

Baca juga: Lord Didi Kempot dan Elek Yo Band Bakal Ramaikan Nitilaku 2019

Adji berharap Nitilaku dapat menjadi daya tarik wisata Kota Yogyakarta.

“Nitilaku bukan hanya menjadi kegiatan sivitas akademik, namun dapat dihibahkan menjadi event kultural dan pariwisata, dan nantinya akan melibatkan masyarakat,” tutur Adji.

Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D. Eng. mengungkapkan, Nitilaku ini merupakan pengingat bahwa UGM mulanya berkegiatan di Kraton Yogyakarta.

Pada kegiatan nitilaku nanti, kata Rektor, dresscode yang digunakan yakni busana wayang, pakaian adat nusantara dan pakaian perjuangan.

Alasannya, kata Rektor, selain merupakan warisan budaya yang diakui oleh UNESCO, ada nilai-nilai yang dapat diambil dari salah satu budaya Indonesia tersebut, antara lain keteladanan, kepahlawanan, ketokohan dan kebijaksanaan.

“Selain itu juga mencerminkan jati diri UGM sebagai universitas kebudayaan,” tutur pungkasnya. (Ezra)

Baca juga: Apa Itu Blockchain? Berikut Penjelasannya