KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Nitilaku atau napak tilas Universitas Gadjah Mada sukses digelar, Minggu (15/12/19).
Event tahunan untuk memperingati peristiwa sejarah kepindahan civitas academica UGM dari Pagelaran Kraton Yogyakarta ke Bulaksumur ini diikuti ribuan alumni UGM dari 18 Fakultas.
Selain itu sejumlah komunitas yang dibentuk oleh alumni UGM turut menyemarakkan event ini.
Pawai alegori Nitilaku dari Pagelaran Kraton ke Bulaksumur dibuka oleh Ketua Umum PP Kagama Ganjar Pranowo, Rektor UGM Panut Mulyono, bersama Mensetneg Pratikno, dan Sekjen Kagama AAGN Ary Dwipayana, dengan mengibaskan bendera.
Sesuai tema nitilaku tahun ini “Menggugah Warisan- Bersama Kebangsaan dan Berbudaya”, peserta pawai mengenakan kostum wayang, busana pejuang, serta pakaian adat nusantara.
Baca juga: Suasana Nitilaku UGM 2019 Sangat Dirindukan
Ada pula yang memakai kostum seragam komunitas. Dalam pawai nitilaku, Ganjar pranowo tampak mengenakan pakaian wayang Arjuna, Panut Mulyono mengenakan pakaian pranakan Yogyakarata, sementara Pratikno mengenakan pakaian adat Bali, dan Menkopolhukam Mahfud MD mengenakan pakaian adat Madura.
“Acaranya relatif sama tapi sekarang lebih warna-warni karena menampilkan kebudayaan dari seluruh Indonesia, ada yang pakai baju wayang, dan dimeriahkan berbagai komunitas mulai dari komunitas menari, gamelan sampai keris,” ujar Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama saat memimpin barisan pawai menuju Bulaksumur.
Sepanjang perjalanan, rombongan pawai dihibur sejumlah atraksi seni, dan disuguhi jajanan pasar oleh sejumlah komunitas. Tak pelak, hal ini menarik perhatian wisatawan dan masyarakat yang melintas.
Ganjar mengaku Nitilaku tidak hanya untuk mengenang kembali jasa kratn dalam membesarkan kampus UGM di tengah masa mempertahankan kemerdekaan, namun juga menjadi wujud guyub rukun alumni yang tersebar dari seluruh Indonesia bahkan dunia.
“Tadi kita saksikan bersama pawai kesenian, pramuka, bahkan ada kelompok pengajian bernyanyi bersama suster Katolik. Suasana yang kita rindukan puluhan tahun dari Yogyakarta,” kata Ganjar, sesampainya di Balairung.