Momsociopreneur Sanggar ASI Jadi Role Model Perempuan Muda

504

Meskipun begitu, tekad yang kuat membuat mereka semangat membentuk bisnis sosial ini dengan modal seadanya pada tahun 2015. Dua tahun berlalu tingginya permintaan konseling gratis, semakin meneguhkan perjuangan mereka untuk mengembangkan Sanggar ASI. Mereka lalu merekrut beberapa karyawan dan pembentukan manajerial.

Proses mereka dalam mewujudkan visi dan misi usaha tidak semudah yang dikira. Masing-masing individu sempat patah semangat. Tetapi, mereka kembali mengingat lagi untuk menjadi seseorang yang bersyukur dan berbuat baik untuk tabungan di akhirat.

Setelah melewati banyak tantangan, Sanggar ASI akhirnya mampu menjalankan misinya sebagai sociopreneur yang ideal. Keberhasilan ini muncul dengan adanya proses mereka membentuk layanan yang sistematis dan kepekaan sosial yang tinggi terhadap persoalan ibu menyusui.

“Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan baru kembali ditemui. Padatnya jadwal kegiatan sosial dan banyaknya permintaan konseling menyusui, membuat konsentrasi mereka terpecah. Kemudian berujung pada menurunnya omzet bisnis mereka,” papar Dewi.

Dari sekian tantangan yang dihadapi tersebut menunjukkan adanya gap yang cukup besar antara aktifitas sosial dan pengelolaan bisnis. Namun, dengan etos kerja religius yang mereka punya, momsociopreneur mampu menghadapi segala kendala dan tantangan yang ada.

Dewi menemukan strategi khusus Sanggar ASI untuk mencapai keberhasilannya, yakni dengan memprediksi rintangan yang akan datang, memantau setiap hasil yang diperoleh, dan membuat rencana masa depan.

“Dengan begitu, bisa dikatakan bahwa dinamika momsociopreneur Sanggar ASI ini bisa menjadi role model bagi perempuan muda. Terutama bagi mereka yang memiliki potensi yang kuat di bidangnya, serta mampu melihat peluang bisnis dan mempunyai kepedulian sosial yang tinggi,” tulis Dewi.(Kinanthi)