Modal Rp2 Juta, Film Tengkorak Jadi Film Terbaik di Festival Film Cinequest&VR

1191

KAGAMA.CO, JAKARTA – Kru Film Tengkorak dari Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada mengadakan Gala Premiere bertempat di Epiwalk Epicentrum Studio XXI, Kuningan, Jakarta, Minggu (7/10/2018).

Gala Premiere ini dihadiri sekitar 150 orang undangan dari berbagai kalangan, antara lain jurnalis film, pengamat perfilman, utusan Kemeninfo serta para penggemar perfilman.

Yusron Fuadi, sang sutradara, penulis naskah, kameramen, editor, dan sekaligus merangkap produser, mengemukakan bahwa Film berjudul Tengkorak ini adalah karya perdananya dan juga karya perdana Sekolah Vokasi UGM.

Yusron Fuadi, sang sutradara Film Tengkorak, membuat film berkualitas dengan dana minim. Foto : Fajar/KAGAMA
Yusron Fuadi, sang sutradara Film Tengkorak, membuat film berkualitas dengan dana minim. Fajar/KAGAMA

Ia tidak menyangka bahwa film ini mendapat penghargaan di antaranya dari Jogja Netpac Film Festival 2017, Balinale Film Festival pada bulan Maret 2018, dan yang tidak kalah membanggakan adalah masuk nominasi dalam “Best Film Cinequest&VR Film Festival” untuk kategori Science Fantasy and Thriller.

Cinequest Film Festival adalah festival film independent tahunan yang diadakan setiap Maret di San Jose,California, Amerika Serikat.

Festival Internasional ini memilih karya-karya film yang menggabungkan unsur seni sinematik dan kecanggihan teknologi dan sangat membanggakan bahwa Tengkorak terpilih menjadi salah satu film terbaik di antara 30 negara peserta.

Aktor-aktor dalam film ini bukanlah bintang-bintang terkenal, hanya orang-orang biasa, ada sekitar sembilan puluh hingga seratusan mahasiswa dari lima angkatan, serta alumni.

Bahkan Rektor UGM Panut Mulyono beserta sepuluh dekan UGM terlibat di dalamnya, termasuk Dekan Sekolah Vokasi, Wikan Sakarinto, yang juga menjadi produser eksekutif film ini.

Yusron, yang juga dosen Sekolah Vokasi ini, menceritakan bahwa sebetulnya Tengkorak ini adalah film mbeling (tidak serius-serius amat).

Film ini mengisahkan situs tengorak di daerah Bantul yang menjadi polemik yang dikemas menjadi fiksi ilmiah.

Di situ ada ambience lokal yang menjadi bumbunya sehingga meskipun judulnya “Tengkorak” film ini bukanlah film horor.

Lebih lanjut disampaikan juga bahwa banyak hal unik serta menarik namun juga lumayan melelahkan.

Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto enyampaikan bahwa film Tengkorak merupakan salah satu contoh karya anak-anak Vokasi UGM hasil dari Teaching Industry. Fajar/KAGAMA
Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto enyampaikan bahwa film Tengkorak merupakan salah satu contoh karya anak-anak Vokasi UGM hasil dari Teaching Industry. Fajar/KAGAMA

Mulai dari hanya bermodalkan uang yang hanya Rp2 juta rupiah dari rekening pribadi, ditambah uang honor dosen per bulan Rp1,8 juta habis buat nombok, hingga kru yang tidak tak bayar.

“Anak-anak mahasiswa itu paling-paling hanya saya belikan pecel lele, tapi kalau lagi gajian ya saya belikan nasi padang,” ungkap Yusron seraya tertawa.

Praktis syuting hanya bisa dilakukan habis gajian, kalau uang sudah habis ya berhenti dan belum tahu kapan syuting berikutnya.

Dalam kesempatan tersebut hadir Wikan Sakarinto menyampaikan bahwa film ini adalah merupakan salah satu contoh karya anak-anak Vokasi UGM hasil dari Teaching Industy.

“Konsepnya adalah penghasil produk. Kita jangan lagi hanya menjadi konsumen terus-menerus tetapi harus merubah mindset menjadi kreator yang bisa menciptakan karya-karya kreatif-inovatif,” cetus Wikan.

Keberhasilan flm ini merupakan contoh pengembangan dan gabungan dari hasil teaching industry yang diharapkan dapat mengangkat pandangan terhadap Sekolah Vokasi ke jenjang yang lebih tinggi. (Fajar)