Menulis Jurnal Internasional untuk Ilmuwan ‘Jaman Now’

870
Bedah Buku ke-57 DPAD, Menulis dan Menerbitkan Kertas Ilmiah di Jurnal Internasional. Foto: Istimewa
Bedah Buku ke-57 DPAD, Menulis dan Menerbitkan Kertas Ilmiah di Jurnal Internasional. Foto: Istimewa

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Bedah Buku ke-57 yang berjudul “Menulis dan Menerbitkan Kertas Ilmiah di Jurnal Internasional”.

Buku ini merupakan karya Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. dan Ivan Lanovara, S.T., M.Sc., Ph.D, terbitan Gavamedia (17/07/2019), di Ruang Auditorium Visual, Perpustakaan Grhatama Pustaka, Yogyakarta.

Buku ini dibedah oleh dua orang pakar dalam kepustakaan dan kepenulisan, yaitu Ida Fajar Proyanto, M.A, Ph.D. dari UGM dan Dr. Sri Rohyanti Zulaikha dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka).

Sementara yang bertindak sebagai moderator adalah Drs. Y. Agustirto Suroyudo.

Acara dibuka langsung oleh Kepala DPAD DIY Dra. Monika Nur Lastiyani, M.M. dan dihadiri oleh salah satu penulis bukunya, yaitu Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D, yang saat ini juga bekerja sebagai dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.

Baca juga: G2R Tetrapreneur Komitmen Kembangkan UMKM DIY

Sebelumnya, bedah buku yang diselenggarakan oleh DPAD DIY selalu dilaksanakan dari Desa ke Desa dengan peserta kurang lebih 150 di setiap kegiatannya.

Tujuan pelaksanaan bedah buku di Desa untuk memberikan informasi kepada masyarakat.

Monika menjelaskan bahwa DPAD perlu menyelenggrakan kegiatan bedah buku, karena buku sebenarnya tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami. Setelah dipahami, selanjutnya adalah berkarya.

Dalam setiap kegiatan bedah buku yang dilakukan, DPAD selalu membagikan buku yang dibedah kepada peserta agar setiap peserta dapat langsung membaca secara langsung.

Para akademisi maupun peneliti di Indonesia masih jarang untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal. Foto: Istimewa
Para akademisi maupun peneliti di Indonesia masih jarang untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal. Foto: Istimewa

Menulis untuk Masa Depan

Dalam paparannya, Rika menyampaikan bahwa menulis, terutama di jurnal baik internasional maupun nasional, bukan hanya untuk ‘sekarang’, tetapi juga untuk masa depan.

Hal itu karena kertas ilmiah yang ditulis untuk diterbitkan di jurnal dapat berisi ide-ide, konsep, hasil penelitian, dan/atau tinjauan permasalahan yang mungkin timbul di masa depan.

“Para akademisi maupun peneliti di Indonesia masih jarang untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal. Terutama setelah mengalami penolakan di satu jurnal tertentu,” ujar dosen yang juga menjabat sebagai Editor-in-chief di Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (JPkM) Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM), UGM itu.

Padahal, penolakan dari sebuah jurnal belum tentu tidak terdapat ilmu di dalamnya.

Dalam setiap penolakan terdapat hasil ulasan dari mitra bestari (reviewer) yang dapat diolah untuk memperbaiki kertas ilmiah.

Baca juga: Digitalized Capacity dan Gerakan Sosial Pemuda, Solusi Hadapi Tantangan Digitalisasi UMKM

Rika menambahkan, hal tesebut karena perjalanan sebuah kertas ilmiah untuk menemukan ‘rumah’ yang tepat merupakan ‘Perjalanan yang Tak Berujung.’ Ada proses dalam setiap perjalanannya.

Diperlukan suatu semangat dan keyakinan untuk jangan pernah lelah berusaha, karena suatu saat setiap lembar kertas ilmiah tersebut akan menemukan ‘rumah’-nya.

Selain itu, menulis kertas ilmiah di jurnal internasional bukan sekadar ‘melaporkan kekuatan hasil, metode dan analisis yang digunakan’ tetapi juga bersilaturahim dengan penulis dunia menembus batas wilayah kenegaraan, agama, ras dan waktu.

“Keterbukaan menerima kritik, penolakan dan semangat untuk memperbaiki hingga mengirimkan kembali ke jurnal tujuan lainnya merupakan suatu proses keilmuan yang perlu melekat pada setiap ilmuwan ‘jaman now’,” jelas Rika.

Oleh karena itu, silaturahim bukan hanya diperlukan pada tahap pengiriman kertas ilmiah pada jurnal tujuan, tapi juga pada proses penulisan kertas ilmiah tersebut.

Baca juga: Lima Trik Irit Mendapat Buku Bagi Mahasiswa Baru di Jogja