Menuju Indonesia Emas, Hendri Saparini Dorong Reformasi Ekonomi yang Adil

913

Baca juga: Saran Nawa Murtiyanto bagi Para Pendaki Gunung di Masa Pandemi

Selain itu, perlu dicermati sektor-sektor ekonomi yang memiliki banyak tenaga kerja. Pertanian menjadi sektor paling potensial di Indonesia.

“Nah, jika berbagai persoalan tersebut sudah bisa diatasi, maka perlahan kita akan menuju reformasi ekonomi,” jelas perempuan yang juga menjabat sebagai Komisaris PT Telkom Indonesia itu.

Menurut Hendri, struktur ekonomi Indonesia masih disokong oleh UKM. Namun, permasalahannya UKM Indonesia merupakan UKM yang kurang berdaya saing dan produktif.

Dikatakan Hendri, UKM Indonesia tak memiliki link dengan industri besar dan global value chain. UKM seolah-olah berada di dunianya sendiri, demikian juga bisnis besar.

“Bisnis kecil seperti UKM tidak dimasukkan dalam strategi besar nasional untuk membangun ekonomi. UKM-UKM itu seharusnya diperkuat untuk mendukung super industri,” ujarnya.

Baca juga: Ketua UKM Unit Fotografi UGM: Fotografi Bukanlah Kompetisi Alat yang Paling Bagus

Di sisi lain, Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19, yang hampir meruntuhkan pembangunan ekonomi. Hendri menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) baru.

Dalam RPJP tersebut perlu ada target pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Pendekatan kebijakan atau perencanaannya harus berfokus pada people and natural resources development strategy.

Meskipun tidak semua berpendidikan, masyarakat Indonesia sudah relatif melek dengan teknologi. Namun, mendorong masyarakat untuk melek teknologi saja belum cukup.

“APBN kita Rp2700 triliun. Kalau untuk mendorong masyarakat melek digital rasanya hanya infrastruktur saja yang didorong. Kita harus berupaya agar sekian persen dari APBN bisa menjadi capital market bagi produk-produk UKM,” terang Hendri.

Belajar dari negara-negara yang cepat mengatasi Covid-19, Hendri mengungkapkan bahwa negara-negara tersebut sangat fokus terhadap dinamika wabah ini.

Baca juga: Relasi Kekuasaan Jadi Alasan Mengapa Kekerasan Seksual Ada di Dunia Pendidikan