Mengintip Pelayanan Apotek UGM di Era 50-an

659

Baca juga: Lantik Pengurus Baru, Ganjar Imbau Kagamadok Sampaikan Gagasan Soal Jaminan Kesehatan

Biasanya para pasien akan mengantre dan berobat di poliklinik UGM.

Setelah resep obat dari dokter diperoleh, para pasien tersebut berbondong-bondong menuju Apotek untuk kembali mengantre.

Usai mengantre cukup lama para pasien akan menyerahkan resep tersebut ke pegawai apotek yang berada di salah satu loket.

Tak butuh waktu lama para pasien tersebut  memperoleh obat dan catatan kecil mengenai aturan pemakaiannya.

Di bagian belakang Apotek UGM terdapat gudang penyimpanan obat dan ruang peracikan obat.

Pelayanan di Apotek UGM tahun 50-an. Foto: Majalah Gadjah Mada
Pelayanan di Apotek UGM tahun 50-an. Foto: Majalah Gadjah Mada

Baca juga: Apoteker Perlu Kreatif Manfaatkan Teknologi Demi Tercapainya Pembangunan Kesehatan

Dalam salah satu foto juga tampak seorang pegawai sedang mencampur dan menggerus obat-obatan.

Proses tersebut tak boleh dilakukan sembarangan.

Kala itu walaupun tenaga apoteker sangat terbatas, para pegawai sudah terlatih dan mendapat pelatihan yang sesuai untuk tugasnya masing-masing.

Begitu pula dengan tempat penyimpanan obat.

Saat itu karena peralatan penyimpanan masih sangat sederhana, para pegawai harus lebih sering melakukan pengecekan.

Baca juga: Ketua ADINKES, Krisnajaya: KAGAMA dapat Banyak Berperan untuk Pemerataan Pelayanan Kesehatan di Indonesia