Mengcovidkan Pasien yang Bukan Covid adalah Upaya Bunuh Diri dari Rumah Sakit

2766

Baca juga: Launching Canthelan Keempat KAGAMA Bengkulu, Rohidin Mersyah Sampaikan Pesan Motivasi

Sebab, dokter terikat oleh etika kedokteran dan pertanggungjawaban moral.

Sementara itu, membangun kepercayaan klien kepada rumah sakit bukanlah hal yang mudah. Baik rumah sakit milik pemerintah atau swasta.

Menurut Darwito, membangun kepercayaan konsumen harus konsisten. Jika kepercayaan itu dihilangkan, berapa waktu yang akan sia-sia.

“Rumah sakit yang megah dan mewah tapi kalau trust dari masyarakat tidak ada, yang sama saja. Dia membuang-buang,” kata Darwito.

“Misalnya itu rumah sakit pemerintah, maka kepercayaan masyarakat kepada pemerintah akan berkurang. Baik pemerintah pusat maupun daerah,” sambung alumnus Fakultas Kedokteran UGM angkatan 1980 ini.

Baca juga: Teten Masduki di KIB XV: UMKM adalah Critical Engine untuk Menggerakkan Ekonomi

Darwito mengatakan, jika melakukan inkonsistensi atau manipulasi data, maka rumah sakit tersebut sama saja dengan bunuh diri.

Masa depan rumah sakit akan ambruk. Sebab, memulihkan kepercayaan masyarakat kepada rumah sakit adalah hal yang sulit.

Darwito mengaku, dalam pengalamannya memimpin rumah sakit, perlu upaya keras untuk mendapatkan kepercayaan.

Upaya yang dilakukan itu seperti memberi ceramah di berbagai platform yang menghabiskan biaya tidak sedikit.

Darwito menjelaskan, dalam mengelola pasien covid, seorang direktur rumah sakit hanya mengetahui apa yang dilakukan oleh KSM (Kelompok Staf Medis). Yakni dalam menjalankan SOP (Standar Operasional Prosedur).

Baca juga: Menko Airlangga Berharap Anggaran PEN Bisa Terserap 100 Persen di Akhir Tahun 2020