Mengatasi Limbah Merkuri dengan Eceng Gondok

1030
eceng gondok.(Foto: Antara)
eceng gondok.(Foto: Antara)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Eceng gondok yang selama ini banyak dijumpai di tempat seperti sungai, rawa, dan kolam, ternyata mampu meminimalisir limbah merkuri yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Hal ini dibuktikan oleh Hesti Rosyidah dalam tesisnya yang berjudul Studi Kemampuan Tanaman Eceng Gondok dan Teratai dalam Menurunkan Kadar Merkuri (Hg) pada Air Limbah Pertambangan Emas Rakyat di Sekoton.

Hesti melakukan penelitian di Sekotong, NTB yang memiliki tambang emas dengan keuntungan berlimpah, sekaligus membahayakan keselamatan masyarakat.

Awalnya masyarakat sekitar mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Namun ditemukannya emas di daerah tersebut mendorong masyarakat untuk beralih menjadi penambang emas dengan teknik pengolahan yang sederhana.

Pengolahan emas yang dilakukan masyarakat setempat pun menggunakan proses amalgamasi (gelondong) dan sianidasi (tong) yang memanfaatkan merkuri sebagai pengikat emas. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan emas sayangnya tidak dikelola dengan baik, sehingga mencemari sumur penduduk dan masuk ke dalam tanah.

Pencemaran di Sekotong ini mengakibatkan anak berusia 3 tahun mengalami kelainan, salah satu kakinya memutar dan jari kaki menghadap ke belakang. Selain itu, ada pula anak usia 7 tahun yang sudah mengalami katarak.

Menurut Hesti, merkuri yang mencemari lingkungan ini dapat diminimalisir oleh eceng gondok yang ditanamkan pada saluran atau sungai pembuangan limbah. Eceng gondok mampu menyerap logam berat pada limbah dengan variasi kombinasi khusus.

Bahkan, eceng gondok mampu menurunkan merkuri di air limbah sebanyak 96,33% pada limbah amalgamasi dan 97,25% pada limbah sianidasi.

“Untuk meminimalisir pencemaran merkuri dengan eceng gondok dibutuhkan waktu 14 hari pada air limbah amalgamasi dan 21 hari untuk air limbah sianidasi,” tulis Hesti dalam tesisnya di Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, 2017.(Tita).