Mengapa Penggunaan Pestisida di Indonesia Masih Tinggi?

603
Dosen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Dr. Ir. Arif Wibowo, M.Agr.Sc, menyebut, petani harus punya pengetahuan yang baik tentang pestisida atau fungisida secara khusus, sehingga mereka bisa menggunakannya dengan tepat sasaran. Foto: Kinanthi
Dosen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Dr. Ir. Arif Wibowo, M.Agr.Sc, menyebut, petani harus punya pengetahuan yang baik tentang pestisida atau fungisida secara khusus, sehingga mereka bisa menggunakannya dengan tepat sasaran. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Karena bawang merah kerap terserang penyakit, petani tidak tanggung-tanggung menyemprotkan pestisida.

Bahkan dalam seminggu petani bisa menyemprotkan hingga tiga kali.

Hal ini petani lakukan agar panen bawang merah mereka lancar.

Penggunaan pestisida ini juga dinilai lebih praktis.

Menurut Dosen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) Dr. Ir. Arif Wibowo, M.Agr.Sc, cara ini tidak baik dilakukan, karena bisa membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.

Arif mencontohkan, warga Bantul banyak menanam bawang merah pada musim kemarau.

Kendalanya adalah bawang merah ini kerap diserang jamur, sehingga jika tidak disemprot pestisida, maka tanamannya akan hancur dan berujung pada gagal panen.

Baca juga: Bakpia Jogja yang Legendaris, Dinamis dan Mendunia

“Kemudian sistem panen bawang merah di Bantul ini tidak diambil sendiri. Tetapi, ada orang yang datang kemudian menaksir harganya dengan mempertimbangkan performance tanaman dan luas lahannya,”

“Kalau bawang merah tidak disemprot sampai menjelang panen, itu daunnya habis, kemudian nilai taksirannya menjadi turun,” ujarnya kepada KAGAMA, belum lama ini.

Masalah lain lagi, pengetahuan petani tentang fungisida (jenis pestisida pembasmi jamur) itu juga minim.

”Kadang mereka nggak paham betul penyakit apa yang menyerang tanaman itu, terus langsung dihantam saja dengan fungisida. Kalau tidak manjur dosisnya ditambah, kalau masih gagal lagi diganti dengan fungisida lain. Ngerinya di situ,” ungkapnya.

Petani harus punya pengetahuan yang baik tentang pestisida atau fungisida secara khusus, sehingga mereka bisa menggunakannya dengan tepat sasaran.

Agar petani bisa memberikan hasil panen yang aman, saat ini Arif bersama departemennya melakukan banyak penelitian pada agensia hayati, yaitu mikroba yang menguntungkan.

Diharapkan dari penelitian ini, ditemukan solusi untuk mengurangi fungisida dalam bentuk produk yang bisa digunakan petani.

Baca juga: Soal Ketegangan di Perairan Natuna, Indonesia Perlu Lakukan Ini