Membaca “RANAH”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Antropologi UGM

832

Di penghujung 2014  RANAH kembali terbit dengan tema “Refleksi: Antropologi Dalam Perspektif Antropolog”. Pemilihan tema ini disebabkan adanya momentum 50 tahun ulang tahun jurusan Antropologi Budaya UGM—sehingga dirasa perlu menghadirkan sebuah refleksi guna melihat seberapa jauh kiprah dan keterlibatan ilmu antropologi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selepas kemunculan Jurnal Ranah dengan tema “Refleksi: Antropologi dalam Perspektif Antropolog” , jurnal ini sempat goyah eksistensinya. Mulai sepinya peminat untuk mengurus dan menulis di jurnal, membuat RANAH baru bisa terbit kembali di tahun 2017 dengan tema “Fenomena Sosial dalam Perspektif Antropologi”.

Pemilihan tema yang terkesan kurang spesifik, memang sengaja dilakukan oleh tim redaktur agar jumlah penulis yang mengirimkan tulisan bertambah. Harapannya dengan tema yang lebih umum berbagai tulisan bisa dikirimkan ke RANAH.

Upaya ini rupanya cukup manjur. Buktinya dengan status sebagai jurnal mahasiswa yang tidak membayar para penulisnya, Tim Redaktur RANAH berhasil menghimpun sepuluh tulisan etnografi dari sepuluh penulis yang berbeda. Kesupuluh tulisan ini, lantas diseleksi oleh reviewer menjadi tujuh tulisan yang dianggap layak terbit.