Memaksimalkan Lahan Sempit untuk Pertanian Produktif

2069
Meskipun para petani telah cukup lama menggeluti pekerjaannya, seringkali mereka belum berhasil memanfaatkan lahan sempit.(Foto: trubus.id)
Meskipun para petani telah cukup lama menggeluti pekerjaannya, seringkali mereka belum berhasil memanfaatkan lahan sempit.(Foto: trubus.id)

KAGAMA, BULAKSUMUR – Luas lahan pertanian mempengaruhi tingkat produktifitas bahan pangan di suatu daerah. Beberapa daerah di Indonesia kini mulai merasakan dampak dari semakin menyempitnya lahan.

Bantul merupakan salah satu kabupaten di DIY yang memiliki lahan sempit. Akibatnya, para petani kesulitan memproduksi tanaman padi.

Dalam sebuah tesis berjudul Efisiensi Produksi Pada Lahan Sempit di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul (2018) menjelaskan bahwa lahan sempit di Pulau Jawa hanya memiliki luas kurang dari 0,05 ha. Hal ini tentu menghambat produksi padi.

Padahal, padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi masyarakat. Beras menjadi salah satu komoditas negara yang berkontribusi meningkatan ketahanan pangan.

Barangkali sempitnya lahan ini menjadi salah satu faktor penyebab pemerintah masih melakukan impor beras. Bicara soal keberadaan lahan sempit, beberapa tahun terakhir lahan yang ada lebih didominasi oleh kegiatan pemanfaatan lahan non pertanian. Misalnya pendirian pemukiman, pembangunan hotel, dan pusat perbelanjaan.

Walaupun begitu, dalam temuan Yoshi Tri S dari tesisnya tersebut, lahan sempit sebenarnya masih bisa efisien memproduksi bahan pangan, kendati tidak seefisien lahan luas ideal.

Temuan tersebut dibuktikan dengan pengukuran yang melibatkan beberapa variabel antara lain tingkat efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi; sumber-sumber efisiensi teknis; dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani.

Hasilnya, luas lahan memang memiliki pengaruh positif terhadap produksi padi. Namun, ada juga faktor lain yang ditemukan yaitu jumlah intensitas penggunaan pestisida dan jumlah benih. Dalam tesis tersebut, Yoshi mengungkapkan bahwa teknik pemanfaatan dan luas lahan menjadi cara yang efisien untuk produktifitas lahan sempit.

Jika digambarkan dalam bentuk persentase, sebesar 63,89 persen petani sudah memanfaatkan lahannya dengan efisien. Secara teknis, dibutuhkan pendidikan, pengalaman, jumlah keluarga produktif, dan jumlah petak lahan yang cukup.