Masyarakat Tionghoa Pahlawan Indonesia dari Dunia Pers

1373

Baca juga: Suka Meneliti, Aurelia Virgita Jadi Lulusan Terbaik Magister Psikologi UGM

Di sisi lain, Hudiyanto menekankan soal pers yang menjadi alat perjuangan yang penting.

Hal itu lantaran fungsi pers yang mendukung penyebaran peristiwa yang memiliki pesan tertentu.

Selain pesan, faktor pengiklan dalam terbitan surat kabar juga dinilai penting.

Salah satunya peran masyarakat Tionghoa sebagai pemodal dan pengiklan dalam surat kabar era 1920-1950.

Masyarakat Tionghoa dianggap sebagai pahlawan yang terlupakan karena membentuk bangsa Indonesia melalui literatur yang lahir dari percetakan yang dikelola.

Baca juga: Mahasiswa FMIPA UGM Ubah Limbah Ponggok Jadi Panel Akustik

Hal itu dibuktikan dengan sebuah majalah dan surat kabar, yaitu Bok Tok dan Malang Post yang terbit pada Desember 1945.

Kedua surat kabar itu dipimpin oleh orang-orang Tionghoa, yaitu Pouw Kioe An dan The Bian Tong.

Menurut Hudiyanto, sekalipun majalah tersebut bersimpati terhadap perjuangan kemerdekaan Republik pada waktu itu, ada dua kesan yang muncul usai sebuah tulisan berjudul “Boeng Tomo Berbitjara dari Hati ke Hati” muncul.

Dua kesan tersebut yang pertama adalah di antara orang-orang Tionghoa dan para pemuda revolusioner tidak ada masalah yang membuat kedua pihak saling bertikai .

Kedua, majalah Bok Tok membantu dalam mempropagandakan apa yang diutarakan Bung Tomo untuk mempertahankan keamanan dan ketertiban, serta menganjurkan kepada setiap orang yang memiliki pakaian untuk memberikan tiga stel kepada rakyat.

Hal tersebut membuktikan bahwa warga Tionghoa mempunyai peran yang tak dapat dikesampingkan dari perkembangan pers Melayu di Kota Malang.

Pasalnya, masyarakat Tionghoa memiliki mesin cetak yang mampu mencetak dalam jumlah banyak. (Ezra)

Baca juga: Solusi Sampah Plastik dari UGM