Masyarakat Perlu Terlibat dalam Kegiatan Literasi Digital

368

Baca juga: Menyikapi Guncangan Ekonomi Digital di Dunia Keuangan dan Pasar Modal

Hoaks Menjadi Bagian dari Kehidupan Sehari-hari

Ia kemudian memetakan persoalan-persoalan yang muncul di era digital dalam buku yang muncul secara sporadis.

Mulai dari skor indeks evolusi digital yang rendah, penyebaran berita hoaks atau disinformasi, kejahatan siber, investasi SDM rendah, plagiarisme karya seni, kebocoran data pribadi, dan sebagainya.

“Bagaimana hoaks menjadi bagian dari hidup kita. Apa yang dinyatakan di buku ini, nyata adanya,” pungkas Novi.

Novi menjelaskan, berdasarkan hasil penelitiannya beberapa waktu lalu, hoaks merupakan problem masyarakat digital terbesar di Indonesia.

Hoaks di ranah politik paling banyak menjelang Pemilu beberapa waktu lalu.

Baca juga: Mahfud MD: Indonesia Perlu Manusia yang Terdidik

Novi merujuk pada sebuah penelitian Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Marfindo) menyebutkan bahwa, Facebook merupakan saluran yang paling sering digunakan untuk menyebar hoaks.

“Di sini lah letak urgensi literasi digital. Bukan hanya soal mengakses teknologi, tetapi juga persoalan mengonsumsi media digital secara kritis,” ungkap Novi.

Tak Cukup dengan Skil yang Teknikal

Novi memaparkan, orang yang literated secara digital tak hanya miliki skil yang teknikal, tetapi juga punya kemampuan kognitif, termasuk paradigma kritis.

Novi bersama komunitasnya Jaringan Pegiat Literasi Digital (JAPELIDI) berusaha mengelola dan melatih kompetensi literasi digital, tidak hanya secara teknis, tetapi kritis.

“Kami sudah buat buku yang berkaitan dengan pelatihan literasi digital. Dan buku ini ikut menjawab problem yang dijelaskan di buku Bu Nining ini,” jelas Novi.

Baca juga: Solusi untuk Pendidikan Vokasional di Indonesia

Siapapun Perlu Terlibat dalam Ekonomi Digital

Modus kejahatan belanja online, hoaks merajalela, dan sebagainya, merupakan bentuk-bentuk ancaman yang dapat mengganggu potensi Indonesia di masa depan, terutama untuk menjadi negara yang kuat ekonomi digitalnya.

“Buku ini memetakan dan menawarkan solusi, serta memberikan solusi agar Indonesia kuat pendiriannya, kuat potensi ekonomi digitalnya,” ujar Novi.

Dikatakan oleh Novi, apapun profesinya, kita perlu menjadi bagian dari transformasi ekonomi berbasis digital di Indonesia.

Tak hanya bicara atau membaca saja, tetapi melakukan apapun yang kita bisa.

“Kita harus menjadi pelaku kegiatan literasi digital kalau ingin Indonesia maju,” ujar Novi menyimpulkan. (Kinanthi)

Baca juga: Membaca Transformasi dan Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia