Masjid Kampus UGM, Tanda Reformasi Total Pemimpin Masa Depan

2065

Baca juga: Jadi Lulusan Terbaik FIB, Riya: Keluarga, Dosen dan Para Sahabat Selalu Memberikan Semangat

Namun, pemindahan makam dilakukan setelah pihak panitia pembangunan Maskam menyiarkan pemberitahuan kepada ahli waris makam melalui surat kabar.

Pemberitahuan di surat kabar dilakukan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu tiga bulan.

Ada 400 ahli waris yang kemudian menghubungi UGM guna mengurus pemindaham makam.

Pembangunan

Prof. Koesnadi mengumpulkan beberapa mahasiswa arsitektur untuk membuat desain masjid.

Setelah rektor berganti menjadi Prof. Mohammad Adnan pada 1990, dikeluarkanlah SK kepanitiaan yang menunjuk Prof. Koesnadi sebagai ketua panitia pembangunan Maskam UGM.

Menariknya, meski desain masjid telah dibuat, pada proses pengerjaannya tidak menggunakan gambar kerja. Demikian menurut laman Maskam UGM.

Baca juga: Menikmati Kolaborasi Musik Gamelan dan Masa Kini ROAR GAMA 4.0

Gambar kerja seringkali muncul dari goresan-goresan di tanah setelah melalui diskusi-diskusi di lapangan.

Meski begitu, tidak ada yang berubah dalam hal struktur bangunan.

Pada 21 Mei 1998, panitia pembangunan Maskam UGM menentukan arah kiblat dengan melibatkan pihak Depag RI dan tim dari Teknik Geodesi.

Usai arah kiblat ditemukan secara pasti, pembangunan Maskam pun dimulai secara simbolis dengan peletakan batu pertama.

Berbeda dari pembangunan pada umumnya, pembangunan Maskam UGM tidak ditenderkan alias dilakukan oleh kontraktor.

Seluruh pembangunan dilakukan secara swakelola dengan bertahap berdasarkan jenis pekerjaan.

Konstruksi masjid sepenuhnya menggunakan beton; ada sebanyak 86 kolom yang menopang bangunan utama dua lantai.

Baca juga: Lulusan Terbaik FK-KMK, Dennis: Kopi Teman Terbaik Saya

Lantai atas merupakan balkon yang direncanakan untuk jamaah putri.

Sedangkan lantai bawah, yang digunakan untuk jamaah putra, diperlebar dengan selasar.

Maskam UGM mulai digunakan pada 4 Desember 1999.

Penamaan

Pemilihan nama “Masjid Kampus UGM” diusulkan oleh Prof. Ichlasul.

Dia, yang kala itu menjabat sebagai rektor UGM, tidak setuju dengan salah satu ide nama yang muncul, Masjid Al-Ikhlas.

Sebab, dia menilai ada kemungkinan muncul anggapan negatif bahwa penamaan masjid yang dibangun tersebut dipengaruhi oleh dirinya.

Keputusan ini juga didasarkan pada pengamatannya di Timur Tengah.

Penamaan masjid di Timur Tengah merujuk pada lokasi. (Tsalis)

Baca juga: Bambang Hudayana Kembangkan Departemen Antropologi Sejak Mahasiswa