KAGAMA.CO, BALIKPAPAN – Bagus Sarwowidjaja Saleh sadar betul kala memasukkan Filsafat UGM sebagai pilihan pertama pada Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 1987.
Filsafat jadi prioritas bagi Bagus, di atas Biologi dan Psikologi dalam jalur IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran).
Tak ada intervensi dari siapa pun saat lulusan SMA 4 program Biologi ini memilih Filsafat UGM.
“Seingat Saya, ngga ada yang beri info atau mengenalkan. Bahkan, teman-teman Saya ngga ngerti juga,” kata Bagus kepada Kagama, beberapa waktu lalu.
Bagus pun diterima. Kendati Filsafat UGM adalah keinginan sendiri, Bagus mengaku tak pernah punya bayangan tentang apa yang bakal dia pelajari nanti.
Baca juga: G2R Tetrapreneur Dorong Produk Lokal Bisa Mendunia
“Blass… (sama sekali tak tahu). Bahkan, waktu kuliah juga masih ngga ngerti,” tutur Bagus.
“Baru ngerti setelah 4 semester, jadi kuliah selesainya 7 tahun (1994). Di semester 5 baru genjot nilai,” kenang Ketua KAGAMA Balikpapan ini.
Sebagaimana lulusan Jurusan Filsafat lainnya, Bagus sadar bahwa disiplin ilmunya mendapatkan pandangan-pandangan skeptis dari orang lain.
Terutama terkait prospek kerja dari ‘ilmu kebijaksanaan’ ini pada kemudian hari.
Banyak orang yang menganggap prospek kerja Ilmu Filsafat kurang menjanjikan ketimbang jurusan lain, termasuk sang ibu.
Baca juga: Sastromoeni Lintas Generasi Semarakkan Dies FIB UGM ke-74
