Manfaat Urban Farming Lebih dari Sekadar Menanam dan Memanen

604

Baca juga: Produk Merchandise Kafegama DIY Diluncurkan, Hasil Penjualan untuk Kegiatan Sosial

“Sedangkan jika kita tambahkan nilai estetika, kebun nantinya juga akan berfungsi sebagai pasive space.”

“Misalnya, dimanfaatkan untuk duduk-duduk bersantai, bahkan bisa memberikan rasa nyaman bagi tamu yang datang,” ujar pria kelahiran 1981 itu.

Menurut Syafni, dalam membangun lahan urban farming di rumah, penting untuk mempertimbangkan posisi penataan tanaman yang dekat dengan arah cahaya matahari.

Sementara sudut halaman rumah yang teduh bisa dimanfaatkan untuk menaruh kursi untuk bersantai.

“Keberadaan pagar atau dinding juga bisa dimanfaatkan sebagai media tanam untuk tanaman gantung dan rambatan. Jangan lupa perhatikan tanah halaman, pastikan sudah cukup subur untuk ditanami.”

Baca juga: Cerita Gede Mantrayasa, Bangun Kebun Berdaya sebagai Sumber Pangan dan Ruang Kreatif Masyarakat

“Saya sarankan tanah jangan sampai kosong, mungkin bisa ditanami rumput atau tanaman kacang-kacangan.”

“Jika tak ada tanaman yang ditanam, lahan kosong bisa ditutup dengan kerikil, jerami, atau serbuk gergaji agar menambah estetika dan menekan pertumbuhan gulma,” jelas alumnus jurusan Agronomi UGM angkatan 1999 itu.

Banyaknya anak muda yang mulai belajar bercocok tanam, merupakan perilaku positif yang sebaiknya digalakkan lagi.

Menurut lulusan University of Melbourne, Australia ini, tren bercocok tanaman di seluruh kalangan bisa membuat koneksi manusia dengan alam semakin kuat.

Terlebih lagi untuk anak-anak, kegiatan bercocok tanam, kata Syafni, dapat meningkatkan kemampuan motorik. (Kn/-Th)

Baca juga: Alumni Psikologi UGM Angkatan ’83 Luncurkan Buku Perjalanan Hidup Satu Angkatan