Mahfud MD: Sayang Kalau Negara ini Runtuh karena Hoaks

278
Mahfud MD, Gerakan Suluh Kebangsaan.(Foto: Maulana)
Mahfud MD, Gerakan Suluh Kebangsaan.(Foto: Maulana)

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Belakangan ini maraknya politik identitas membuat orang atau pun sekelompok orang menyerang satu sama lain. Tetapi mereka sama-sama mengklaim sebagai penjaga identitas primordial yang sama.

Demikian disampaikan Prof. Mahfud MD dalam Sarasehan Kebangsaan sekaligus deklarasi Gerakan Suluh Kebangsaan pada Rabu, (09/01/2019) di Bale Raos, Yogyakarta.

“Ada juga kecenderungan kontestasi untuk mencari menang dan bukan mencari yang baik. Diam-diam radikalisme menumpang dan mengadu domba melaui produksi berita-berita hoaks,” ujarnya.

Melihat situasi tersebut, kata Mahfud, pihaknya bersama tokoh-tokoh seperti Alissa Wahid, Beny Susetyo, dan Budi Kuncoro merasa prihatin dengan maraknya potensi perpecahan dari komponen bangsa. Pihaknya memandang perlu adanya sebuah gerakan bersama untuk lebih mengedepankan dialog, menjunjung tinggi kebersamaan, dan menghargai kebhinnekaan dalam bingkai NKRI.

“Itulah gagasan kami terkait gerakan ‘Suluh Kebangsaan’ ini. Gagasan ini mendapat dukungan yang sangat besar dari para tokoh seperti Buya Syafii Maarif, Gus Mus, Sri Sultan, Habib Luthfi, Romo Magnis, dan banyak lagi,” ungkapnya.

Sarasehan Kebangsaan Gerakan Suluh Kebudayaan.(Foto: Taufiq)
Sarasehan Kebangsaan Gerakan Suluh Kebudayaan.(Foto: Taufiq)

Mahfud yang juga dipercaya sebagai ketua gerakan tersebut menegaskan, pihaknya akan mendorong kebebasan menentukan pilihan secara demokratis tanpa bermusuhan. Menurutnya, kontestasi politik harus diartikan sebagai kepentingan bersama untuk mencari yang terbaik, bukan dilakukan sebagai zero sum game.

“Sayang kalau negara ini runtuh karena hoaks. Kita rawat negara ini karena sungguh nyaman hidup di sini. Sangat berdosa kalau kita abaikan, nanti anak cucu kita tidak bisa menikmati kenyamanan ini,” tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono turut hadir sebagai Keynote Speaker. Pihaknya menyampaikan bahwa kondisi kebhinnekaan Indonesia memang memberikan dua kemungkinan yang saling berbalikan.

“Pertama, Nilai-Nilai Kebhinnekaan tetap berkembang sehingga tidak menimbulkan keretakan sosial, tetapi justru menjadi modal sosial yang kuat bagi pembangunan sosial dan ekonomi. Kedua, keberagaman itu tidak ditopang oleh modal sosial, seperti kepercayaan sosial (social trust), lembaga sosial, dan norma sosial, sehingga berpotensi terberainya kohesi sosial,” paparnya.

Pihaknya mengajak setiap orang atau kelompok masyarakat untuk menghindari perilaku yang menyinggung faktor primodialisme, karena berpotensi memicu ketegangan sosial yang bisa mengganggu kohesi sosial yang diikat oleh Nilai-Nilai Pancasila. Harapannya, kata Sultan, dengan dialog dapat mengurangi kesalahpahaman yang disebabkan oleh pemahaman tentang stereotipe politik tertentu beserta unsur primordialnya.

Mahfud melanjutkan, Sarasehan Kebangsaan bersama para tokoh dan media lokal ini merupakan acara pertama. Berbagai kegiatan juga akan digelar dialog kebangsaan bersama civitas akademika di kampus-kampus, Jelajah Kebangsaan dengan kereta api dan berdialog bersama masyarakat sekitar, serta berbagai macam kegiatan lain.

“Dengan Gerakan Suluh Kebangsaan ini diharapkan memperkuat rasa nasionalisme, meperkokoh persatuan dan kesatuan untuk kejayaan Indonesia,” harapnya.

Turut hadir sebagai pembicara Buya Syafii Maarif, Romo Benny Susetyo. Acara diikuti oleh tokoh-tokoh masyarakat DIY, para rektor PTN DIY, dan awak media.(TH)