Langkah Dubes Djauhari Tingkatkan Ekspor Indonesia ke Tiongkok

103
Selama ini Djauhari sudah memprioritaskan diplomasi ekonomi. Foto: KBRI Beijing
Selama ini Djauhari sudah memprioritaskan diplomasi ekonomi. Foto: KBRI Beijing

KAGAMA.CO, BEIJING – Dewasa ini, Indonesia sempat mengalami hambatan perdagangan perihal kegiatan ekspor Indonesia ke Tiongkok. Hal ini mendorong Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun melakukan sebuah langkah yang bisa menjadi solusi.

Selama ini Djauhari sudah memprioritaskan diplomasi ekonomi dan menampung berbagai keluhan dari berbagai pihak yang masuk, serta melakukan lobi yang kemudian diteruskan kepada Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita guna dilakukan pembicaraan dengan pihak Tiongkok.

Upaya tersebut kemudian terealisasi ketika Menteri Enggartiasto melakukan pertemuan  dengan Minister of General Administration of Custom China (GACC), Ni Yuefeng di Kantor GACC Beijing, yang sekaligus mengawali kunjungan kerjanya ke Tiongkok pada 18-22 Juli 2019 lalu. Enggar turut mengapresiasi berbagai langkah yang telah dilakukan oleh Djauhari.

Pertemuan ini membahas hambatan perdagangan yang dihadapi dalam ekspor Indonesia ke Tiongkok pada Jumat (19/7/2019). Pertemuan bilateral tersebut juga merupakan tindak lanjut dari  pembicaraan dan kesepakatan yang sudah dilakukan antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping di Osaka, Jepang beberapa waktu lalu.

“Pemerintah mengharapkan agar Tiongkok memberi kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan. Menteri Ni Yuefeng merespon dengan baik dan akan menindaklanjuti permasalahan yang disampaikan Indonesia. Untuk mempercepat proses tersebut, pihak Indonesia mengusulkan pembentukan joint working group,” pungkas Menteri Perdagangan.

 

Kunjungan Menteri Enggartiasto ke Tiongkok. Foto: KBRI Beijing)
Kunjungan Menteri Enggartiasto ke Tiongkok. Foto: KBRI Beijing)

Pertemuan ini kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan pertemuan lagi dengan Menteri Perdagangan Tiongkok dan pertemuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) Tingkat Menteri yang rencananya diselenggarakan pada pada 1 – 3 Agustus mendatang.

Di samping itu, dalam kesempatan lain Djauhari mendampingi Menteri Perdagangan untuk berbicara di Kongres Tahunan ke-5 Asosiasi Industri Sarang Burung Walet. Pada saat yang sama keduanya juga bertemu dengan Ketua CAWA (China National Agriculture Wholesale Market  Association) serta angota-anggotanya.

Pada pertemuan itu, keduanya mengajak para importir untuk membantu meningkatkan ekspor produk-produk pertanian dan kelautan Indonesia ke Tiongkok melalui platform mereka dan mengundang mereka berinvestasi di Indonesia.

Lebih jelasnya, para importir sarang burung walet Tiongkok diajak untuk berinvestasi di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan penghasil utama sarang burung walet untuk diolah dan diekspor kembali ke Tiongkok, negara-negara ASEAN, dan Australia.  Ekspor sarang burung walet Indonesia pada tahun 2018 tercatat sebesar 70 ton dengan nilai USD 140,5 juta dari 21 perusahaan.

Untuk meningkatkan ekspor sarang burung walet, saat ini tujuh perusahaan lainnya dalam proses verifikasi untuk mendapatkan sertifikasi dari CNCA. Kehadiran Mendag di Tiongkok guna mempercepat proses sertifikasi dimaksud.

Masih dalam rangka memperkuat diplomasi ekonomi. Menteri Perdagangan juga berkesempatan mengunjungi Xinfadi International Exhibition Center of Agricultural Products di Beijing pada (19/7/2019). Hal ini dilakukan juga dalam rangka studi agar pengembangan pasar rakyat di Indonesia dapat dilakukan secara tepat sasaran sesuai kepentingan rakyat, termasuk para petani dan peternak di seluruh Indonesia.

Menteri Perdagangan melihat konsep pasar induk yang terintegrasi dengan baik sehingga dapat memperpendek mata rantai distribusi produk-produk pertanian dan peternakan yang menguntungkan petani dan peternak.

Tak hanya ke Beijing, Menteri Perdagangan juga berkunjung ke Shanghai guna bertemu dengan pengusaha Indonesia yang tergabung dalam anggota Indonesia Chamber of Commerce(INACHAM) di Shanghai (20/7). Pertemuan dimaksudkan untuk menerima masukan terkait hambatan perdagangan dengan Tiongkok.

Salah satu isu yang dibahas terkait perlakuan impor yang diterapkan Tiongkok dan perbedaan tarif beberapa produk dengan negara lain. “Kami berupaya mendapatkan tarif yang sama dengan yang diterapkan Tiongkok kepada negara lain dan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi untuk memperoleh hal itu,” ungkap Menteri Perdagangan.

Masih di Shanghai, Menteri Perdagangan kemudian juga meresmikan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Shanghai yang merupakan pusat promosi Indonesia yang pertama di Tiongkok (22/7).

“Peran dan keberadaan ITPC di negeri tirai bambu sangat penting karena Tiongkok merupakan pasar ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Bukan hanya sebagai lembaga pemerintah, namun juga bertindak sebagai agen promosi bisnis dan produk Indonesia di kawasan Tiongkok. Maka itu, ITPC Shanghai siap melayani para pelaku usaha di Tiongkok selama 24 jam,” ujar Menteri Perdagangan.

Peresmian ITPC Shanghai bukan hanya sebagai jendela promosi produk tanah air, tetapi juga salah satu langkah meningkatkan neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok, serta merupakan langkah awal membuka perwakilan promosi produk Indonesia di Tiongkok.

Menteri perdagangan bersama pihak yang membantu memperkuat diplomasi ekonomi berharap ITPC Shanghai mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, terutama mengawasi kebutuhan apa saja yang diperlukan Tiongkok dan apa yang bisa disediakan Indonesia.

“Ke depannya, kami berkeinginan kembali membuka beberapa perwakilan di provinsi-provinsi lain. Minimal di Guangzhou,” pungkas Menteri Perdagangan.

Total perdagangan Indonesia-Tiongkok periode 2018 tercatat sebesar USD 72,67 miliar atau naik 23,48 persen dari total perdagangan 2017 yang sebesar USD 58,84 miliar. Adapun total perdagangan Indonesia-Tiongkok pada periode Januari—April 2019 telah mencapai USD 22,4 miliar. (KBRI Beijing)