Kunci Keberhasilan Apoteker Hadapi Revolusi Industri 4.0 Menurut Dirjen Farmalkes RI

1035

Baca juga: Riwayat Jogja sebagai Kota Batik Dunia

Sebab, status kesehatan masyarakat juga sudah mengalami perubahan.

Dirinya kemudian menjelaskan kondisi dunia kesehatan terkini.

“Angka harapan hidup meningkat terus sejak 2013 hingga 2018, dari 70,4 menjadi 71,2. Pembangunan kesehatan mengalami progres juga ditunjukkan dadi data indeks pembangunan manusia, 2013 sebesar 68,31 hingga di tahun 2018 naik menjadi 71,39,”vpapar Engko dalam orasi ilmiahnya.

Namun, perubahan yang menantang datang dari data beban penyakit dari tahun 1999 hingga 2017.

Dikatakan Engko, beban penyakit bergeser secara signifikan. Dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.

Baca juga: Tim SEMAR UGM Sabet 2 Piala di Kompetisi Mobil Hemat Energi 2019

“Bahkan pada 2017 beban penyakit tidak menular secara nasional mencapai 70 persen. Ini menjadi masalah prioritas yang harus ditangani segera. Stroke, jantung, dan diabetes menjadi beban penyakit tidak menular terbesar,” ungkap Engko.

Dengan adanya kebutuhan layanan kefarmasian yang cepat, industri farmasi terus ditantang.

Engko menjelaskan ada perubahan paradigma produksi dalam kefarmasian di era revolusi industri 4.0.

Pertama, dari produksi masaal menjadi flexible production.

Ia membabar paradigma itu terdiri dari tahapan prosesnya lebih sedikit dan lead time-nya lebih pendek, kebutuhan tooling dibatasi, pengurangan aset tidak bergerak, serta jumlah batch hanya perlu satu.

Baca juga: Sumbangsih KAGAMA Wujudkan Reformasi 1998