Kualitas SDM Terbatas, Dua Sociopreneur Muda Bangun Startup Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

831
Arina Baroroh mengatakan, tujuan Du'Anyam antara lain untum memberdayakan perempuan lewat penguatan ekonomi keluarga, mempromosikan budaya lokal, dan meningkatkan kesejahteraan, khususnya ibu dan anak. Foto: Taufiq
Arina Baroroh mengatakan, tujuan Du'Anyam antara lain untum memberdayakan perempuan lewat penguatan ekonomi keluarga, mempromosikan budaya lokal, dan meningkatkan kesejahteraan, khususnya ibu dan anak. Foto: Taufiq

KAGAMA.CO, MEDAN – Wirausaha sosial menjadi salah satu profesi yang dapat memajukan ekonomi masyarakat di era revolusi industri 4.0.

Sudah ada sekian anak muda yang menggeluti profesi ini, dua di antaranya adalah Arina N. Baroroh dan Alamanda Shantika Santosa.

Mereka membabar kisah perjalanan mereka dalam Millenial Fest Industri 4.0 pada Kamis (3/10/2019) di Ballroom Hotel Adimulia, Medan.

Arina adalah project manager Du’Anyam yang beroperasi di NTT dan Papua.

Ia mengatakan bahwa Du’Anyam memproduksi dan mendistribusikan kerajinan anyaman untuk beberapa tujuan.

Ilustrasi: Pembukaan Millenial Fest Industri 4.0 secara simbolik layaknya Mahapatih Gadjah Mada yang menghunus keris dan mengucapkan sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara. (ki-ka: Hamied Wijya, Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajek Shah). Foto: Taufiq Hakim
Ilustrasi: Pembukaan Millenial Fest Industri 4.0 secara simbolik layaknya Mahapatih Gadjah Mada yang menghunus keris dan mengucapkan sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara. (ki-ka: Hamied Wijya, Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajek Shah). Foto: Taufiq Hakim

Baca juga: Wakil Gubernur Sumut Rajek Shah Apresiasi Kesuksesan Ganjar Pranowo Wujudkan Smartcity di Jawa Tengah

Antara lain guna memberdayakan perempuan lewat penguatan ekonomi keluarga, mempromosikan budaya lokal, dan meningkatkan kesejahteraan, khususnya ibu dan anak.

Du’Anyam berdiri sejak tahun 2014, sampai pada puncaknya meluncurkan website e-commerce pada tahun 2019.

Dikatakan Arina, menjadi wirausaha sosial banyak tantangan.

“Kita waktu masih fresh grauduated, belum punya pengalaman dan belum ada tabungan, gimana mau pinjam ke bank? Terus kalau sudah ada uang, bagaimana mengembangkan operasionalnya? Kemudian bekerja di startup itu harus multitasking, merangkap tugas-tugas dari berbagai divisi,” ujar alumnus Fakultas Farmasi UGM itu.

Terkait rekruitmen staf, Arina menemui kendala  pendanaan untuk pemberian upah.

Baca juga: Millenial Fest Industri 4.0 Siapkan SDM Sumatera Utara Unggul dan Berdaya Saing