Krisis Covid-19 Jadi Kesempatan Masyarakat untuk Usulkan Tata Kelola Global Baru  

411
Dosen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dr. Diah Kusumaningrum menyebut, setiap krisis memunculkan tata kelola global baru, seperti setelah Perang Dunia I dan II, serta Perang Dingin. Foto: AFP
Dosen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dr. Diah Kusumaningrum menyebut, setiap krisis memunculkan tata kelola global baru, seperti setelah Perang Dunia I dan II, serta Perang Dingin. Foto: AFP

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pandemi Covid-19 bukan krisis kesehatan publik pertama.

Sebelumnya ada berbagai pandemi dan epidemi, seperti cacar, TBC, Kolera, Flu Spanyol, dan lain-lain.

Namun, Covid-19 mewabah saat dunia sudah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, maka ‘pukulannya’ terasa berlipat-lipat.

Dosen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dr. Diah Kusumaningrum menerangkan, krisis Covid-19 mengungkap banyak kelemahan di berbagai tata kelola.

Ada kelemahan dalam tata kelola global di bidang kesehatan. WHO tidak punya implementing bodies yang cukup, sehingga layanan kesehatan sangat tergantung pada kebijakan masing-masing negara.

Dosen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dr. Diah Kusumaningrum menyebut, setiap krisis memunculkan tata kelola global baru, seperti setelah Perang Dunia I dan II, serta Perang Dingin. Foto: Humas UGM
Dosen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dr. Diah Kusumaningrum menyebut, setiap krisis memunculkan tata kelola global baru, seperti setelah Perang Dunia I dan II, serta Perang Dingin. Foto: Humas UGM

Baca juga: Solusi Bupati Kutim Alumnus UGM agar Siswa Tak Mampu Tetap Bisa Belajar dari Rumah

“Peran WHO sesempit membagikan informasi dan koordinasi saja sempat terganggu dengan adanya kepercayaan yang rendah dari beberapa negara anggota,” tuturnya.

Diah membabar hal tersebut dalam Diskusi Online bertajuk Peran Global Governance dalam Merespon Covid-19.

Diskusi ini digelar oleh FISIPOL UGM pada Jum’at (17/04/2020).

Hal ini terkait dengan dugaan WHO terlalu dekat dengan perusahaan-perusahaan farmasi besar di AS.

Menurut Diah, masyarakat sipil global tidak ada salahnya ‘mendesakkan’ agenda  tata kelola global baru.

Baca juga: Angela Inez Christabel Punya Cara Membikin Unit Seni Rupa UGM Berprestasi