Krisdyatmiko: Selain Masyarakat, Alumni PSdK Juga Harus Sejahtera

2239
Dr. Krisdyatmiko, S.Sos., M.Si., (50) lahir dan besar di sebuah lingkungan yang tidak jauh dari kaum marjinal. Tak disangka kondisi ini banyak membantu Kris ketika dia belajar di Jurusan Sosiatri (sekarang Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan), FISIPOL UGM. Foto: Kinanthi
Dr. Krisdyatmiko, S.Sos., M.Si., (50) lahir dan besar di sebuah lingkungan yang tidak jauh dari kaum marjinal. Tak disangka kondisi ini banyak membantu Kris ketika dia belajar di Jurusan Sosiatri (sekarang Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan), FISIPOL UGM. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Jurusan Sosiatri tidak familiar di telinga masyarakat umum.

Diceritakan oleh Dr. Krisdyatmiko, S.Sos., M.Si., (50), dulu Jurusan Sosiatri kerap dipandang sebelah mata dan mahasiswanya sering diremehkan.

“Waktu itu jumlah peminatnya juga paling sedikit dibanding jurusan lain. Banyak yang bingung, Sosiatri itu apa. Tapi sejak berubah nama, image buruk tentang jurusan ini mulai hilang dan peminatnya melasat pesat, tidak lagi paling sedikit,” ungkap Kris.

Meski diremehkan, Kris tetap fokus mengembangkan diri menjadi mahasiswa yang memiliki kepedulian sosial tinggi, seperti yang diharapkan oleh jurusannya.

Ketika itu,  bersama Komatri (Korps Mahasiswa Sosiatri ) dan mahasiswa Madiun sering mengadakan kegiatan sosial.

Sampai sekarang, alumnus SMA 1 Madiun (Smasa) ini masih melakukan kegiatan sosial bersama rekan-rekan Smasa 87 untuk adik-adik pelajar.

Suatu ketika, Kris memperoleh kabar duka cita ketika temannya meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak yang masih kecil.

Baca juga: Jusuf Kalla, Pria Romantis yang Tak Ucapkan ‘I Love You’ kepada Istrinya

“Saya bersama teman-teman iuran begitu, dalam bentuk beasiswa kami berikan pada anak yang ditinggalkan oleh ayahnya,” ungkap alumnus Sosiatri angkatan 1988 ini.

Pengalaman ini membuatnya paham bagaimana menjadi seseorang yang peduli.

Akrab dengan OB dan Juru Parkir

Pria asal Madiun, Jawa Timur ini, dikenal suka mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang menghibur dan olah raga.

Bersama temannya, biasanya sepulang kuliah kelas dia menyambangi Pak Partimin, seorang office boy (OB).

Sesekali Kris juga ikut nimbrung bersama juru parkir, bermain kartu sambil mengobrol.

Di lain waktu, Kris bersama kawan satu jurusannya menyempatkan diri mendaki gunung atau nge-band untuk senang-senang.

Sesekali band-nya juga ikut mengisi acara Dies FISIPOL.

Bermain tenis lapangan merupakan hobi yang akhirnya mempertemukan Kris dengan isteri yang atlet tenis.

Baca juga: Satu Sikap yang Membuat Jusuf Kalla Raih HB IX Award dari UGM