KPH Notonegoro: Tarian Bukan Sekadar Pola Lantai dan Koreografi

1209
Penghageng KHP Kridhomardowo, KPH Notonegoro, menilai tarian mengandung pesan yang dapat membentuk karakter bagi si penonton. Foto: Dok Pri
Penghageng KHP Kridhomardowo, KPH Notonegoro, menilai tarian mengandung pesan yang dapat membentuk karakter bagi si penonton. Foto: Dok Pri

KAGAMA.CO, JOGJA – Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro menjadi salah satu narasumber dalam talkshow Jogja Cross Culture yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Rabu (7/10/2020) malam WIB.

Acara yang digelar secara daring dalam rangka HUT ke-264 Kota Yogyakarta ini mengambil tema Tumapak Ing Jaman Anyar.

KPH Notonegoro merupakan Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridhomardowo (Kepala Departemen Pengembangan Kebudayaan Keraton Yogyakarta).

Kanjeng Noto, sapaannya, secara pribadi menilai tema Tumapak Ing Jaman Anyar (menapak di zaman baru) merupakan semangat yang berani.

Baginya, sah-sah saja mendeklarasikan hal itu. Tinggal bagaimana warga Kota Jogja bisa benar-benar mengejawantahkannya. Yakni memaknai dan mengimplementasikannya guna memasuki zaman baru.

Baca juga: Sumbangsih Pemikiran Warga KAGAMA untuk Wujudkan Indonesia 4.0 pada Aspek Keberlanjutan dan Energi

Baru dalam hal ini mengenai kedisiplinan dan kepedulian dalam rangka mewujudkan program Gandes Luwes.

Untuk diketahui, Gandes Luwes, merupakan program pembangunan karakter dari Pemkot Yogyakarta yang mengacu kebudayaan dan kesenian.

“Menurut saya, program Gandes Luwes sangat penting. Mengapa penting? Sebab, kesenian selalu melekat sejak Pangeran Mangkubumi membangun Kota Jogja,” kata Kanjeng Noto.

“Beliau sendiri adalah seorang penari dan menciptakan tari-tarian. Berarti, kesenian itu adalah bagian yang sangat penting dari kehidupan keseharian masyarakat Jogja.”

“Mengapa begitu? Karena dengan kesenian itu kita bisa memahami jati diri kita sebagai masyarakat Jogja,” terang alumnus Hubungan Internasional UGM ini.

Baca juga: Wayang Potehi, Seni dari Tiongkok yang Dipentaskan Hingga ke Pondok Pesantren