Kotagede yang Tak Pernah Dilupakan Para Raja Mataram

795
Kotagede tetaplah tempat sakral bagi raja-raja Mataram kendati statusnya bukan lagi ibu kota. Foto: Kemdikbud
Kotagede tetaplah tempat sakral bagi raja-raja Mataram kendati statusnya bukan lagi ibu kota. Foto: Kemdikbud

KAGAMA.CO, JOGJA – Kesultanan Mataram tak lagi menempatkan ibu kota negara di Kotagede sejak 1613.

Adalah sang raja ketiga, Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma, yang menggeser ibu kota ke Karta.

Lokasi yang baru tersebut berjarak sekitar 5 km ke arah barat daya Kotagede.

Namun, pemindahan ini bukan pertama dan terakhir. Sebab, para penerus Sultan Agung juga melakukan hal serupa demi mempertahankan kerajaan.

Ibu kota pun dipindahkan ke Plered (1645-1677), Kartasura (1677-1745), dan Surakarta (1745-1755).

Baca juga: Kegiatan Menggambar dan Mewarnai Online KAGAMA Bali Mengobati Kerinduan Anak akan Sekolah

Dua lokasi terakhir jadi saksi pergantian nama kerajaan menjadi Kasunanan Kartasura.

Hingga akhirnya, pemindahan ibu kota tak lagi terjadi pasca Perjanjian Giyanti (1755).

Pasalnya, riwayat Kesultanan Mataram telah berakhir dan digantikan oleh dua kerajaan baru. Yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Pemindahan ibu kota memang tak terelakkan lantaran selama masa pemerintahan selalu ada konflik yang terjadi.

Meski begitu, para raja Mataram ternyata tak pernah melupakan Kotagede.

Baca juga: Empat Tahun Dubes Wahid Bertugas di KBRI Moskow, Wisatawan Rusia ke Indonesia Meningkat Nyaris 100 Persen