KAGAMA.CO, BALI – Koordinator Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, AAGN Ari Dwipayana melakukan pertemuan dengan Gubernur Bali I Wayan Koster, Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati di Jayasabha, Denpasar, Minggu (6/9/2020).
Gubernur didampingi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra.
Dalam kesempatan itu, Ari Dwipayana menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo tetap menjadikan penanganan krisis kesehatan dalam pengendalian Pandemi Covid-19 sebagai prioritas.
Namun demikian, upaya-upaya untuk menggerakkan kembali sektor perekonomian juga perlu terus dilakukan.
Dalam kaitan ini, Pemerintah Provinsi Bali perlu menjaga keseimbangan antara menginjak “gas dan rem” dengan takaran yang tepat.
Baca juga: Keanekaragaman Pangan Masyarakat Adat Bisa Penuhi Kebutuhan Pangan Bergizi di Masa Pandemi
“Pertimbangan kapan harus menginjak gas dan kapan menginjak rem harus diputuskan secara seksama dengan tetap menjadikan pertimbangan data dan informasi yang akurat sebagai basis pembuatan keputusan,” terang lulusan FISIPOL UGM ini.
Ari memastikan bahwa Presiden Jokowi dan seluruh Menteri Kabinet Indonesia Maju memberikan perhatian khusus bagi penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi covid-19 di Provinsi Bali.
“Dalam hal penanganan krisis kesehatan, berdasarkan data pada Sabtu, 5 September 2020, menunjukkan angka Positif Rate di Bali sebesar 17,2% atau masih berada dibawah rata-rata nasional yang mencapai 24,3%.”
“Sedangkan Case Fatality Rate Bali (CFR) 1,6% juga dibawah rata-rata nasional sebesar 4,2% . Demikian juga dengan angka Case Recovery Rate (CRR) Bali mencapai 81,1% atau lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata nasional sebesar 70,6%.Terkait angka sembuh, Bali ada di peringkat 9,” paparnya.
Walaupun dari angka-angka yang ada, Bali masih lebih baik dari rata-rata nasional, Ari mengingatkan bahwa kemampuan Bali untuk melandaikan kurva Covid-19 akan menentukkan kecepatan pemulihan ekonomi Bali yang mengalami kontraksi cukup dalam.
Baca juga: Akhir Tahun Ini, Indonesia Bisa Punya Akses 30 Juta Vaksin