Kontribusi Perdamaian dari NU dan Muhammadiyah untuk Dunia

795
NU-Muhammadiyah.(Foto: NU Online)
NU-Muhammadiyah.(Foto: NU Online)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Dalam Peluncuran Buku dan Seminar Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi (Narasi Lokal, Nasional, dan Global), M. Najib Azca, Ph.D menyampaikan bahwa buku hasil riset dengan timnya berasal dari sebuah keresahan.

“Kami resah atas diskursus Islam yang tidak produktif dan didominasi oleh narasi politik yang bernada konflik, pertentangan, dan permusuhan,” ungkapnya dalam seminar di Ruang Multimedia, Gedung Pusat UGM, pada Kamis (17/01/2018).

Menurut Najib, Indonesia adalah negara demokratis dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Berbeda dari negara mayoritas muslim yang masih bergejolak dan memasuki fase kritis, Indonesia mampu membuat dirinya ramah dan murah senyum.

Buku "Dua Menyemai Damai" tentang Kontribusi Muhammadiyah dan NU.(Foto: Humas UGM)
Buku “Dua Menyemai Damai” tentang Kontribusi Muhammadiyah dan NU.(Foto: Humas UGM)

Kondisi tersebut telah terwakili oleh keberadaan Muhammadiyah dan NU yang dapat disebut sebagai dwitunggal. Adanya kedua organisasi massa (ormas) tersebut, kata Najib, menjadi pilar dari proses perkembangan Indonesia yang memiliki “keajaiban demokratis”.

Moh. Zaki Arrobi, anggota tim riset menyampaikan bahwa Muhammadiyah dan NU berperan besar sebagai juru damai dalam konflik sosial dan komunal yang sempat terjadi seperti di Poso, Aceh, Ambon, dan Papua. Bahkan, terdapat fikih anti terorisme, bencana, dan air yang menempatkan agama untuk menjawab berbagai macam permasalahan di era kontemporer.

“Baik Muhammadiyah maupun NU memiliki misi perdamaian dan penyelesaian konflik seperti penanggulangan dan mitigasi bencana berskala nasional. Selain itu, kedua ormas tersebut juga berperan dalam misi kemanusiaan di Palestina, Myanmar, dan Filipina,” ungkap Zaki.

Najib menambahkan bahwa demokratisasi di Indonesia tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran Muhammadiyah dan NU dalam aspek struktural maupun kultural.(Tita).