Klaten adalah Pusat Pengembangan Budaya Keraton Surakarta

1649

Baca juga: Menu Makanan Khas Ndeso Warung Kopi Klotok Bikin Antrean Mengular

“Pendirian ruang baca di perpustakaan ini sebagai sarana untuk menyusun, mengarang, menggubah karya sastra Jawa klasik,” jelas alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM tersebut.

Purwadi bertutur, di tempat itulah, Ranggawarsita menggarap berbagai karya sastra bernilai etis filosofi tinggi.

Seperti Serat Pustaka Raja Purwa, Serat Witaradya, Serat Candrarini, Serat Jaka Lodhang, Serat Wedharaga, dan Serat Cemporet.

Lebih lanjut, Bupati Mangunkusumo mengonsentrasikan kegiatan pengembangan kultural-spiritual di Kecamatan Jatinom, mulai 1849.

Di sana, upacara Ya Qawiyyu—yang merupakan warisan ulama Ki Ageng Gribig—digelar tiap tahun.

Baca juga: Pakar Silvikultur UGM: Pinus Merkusii Bernilai Ekonomi Tinggi

Selain itu, ada biaya pembinaan di petilasan Ki Ageng Pandaran (Gunung Jabalkat Tembayat).

Kemudian, Candi Prambanan dan Plaosan juga dibiayai agar dirawat secara rutin.

Sang Bupati juga tidak lupa menyediakan arena untuk menjual batik tulis yang diproduksi warga Bayat.

“Beberapa kios di pasar Klewer disediakan buat pengusaha Batik Bayat. Perusahaan gerabah di desa Bentangan Wonosari menjadi langganan untuk upacara Kraton Surakarta,” ujar Purwadi.

“Peran Bupati Mangunkusumo begitu besar. Jasa dan pengabdiannya sepantasnya dikenang oleh masyarakat Klaten,” terang pria kelahiran 1971 ini.

Baca juga: Masa Mahasiswa Ketua IGEGAMA Sibuk Jadi Mapala Hingga Atlet Gantole