Kisah Senawi Kecil Hadapi Keterbatasan Finansial, Sekolah Sambil Jualan Beras

3663

Diterima di Pilihan Kedua Seleksi Masuk Perguruan Tinggi

Berkat usaha dan doa, pada 1983 Senawi resmi menjadi mahasiswa Fakultas Geografi UGM.

Sempat tak puas karena gagal di pilihan pertamanya di Fakultas Kedokteran, Senawi dengan ikhlas dan berserah pada Allah menerima rezeki ini.

Saat itu, Senawi berpikir ulang jika ternyata ia diterima di Fakultas Kedokteran.

Biaya kuliah yang harus ditanggungnya jauh lebih besar.

Di sisi lain, orang tuanya pun juga sudah merasa bangga dengan keberhasilan Senawi menjadi orang pertama di desanya yang merasakan bangku kuliah.

Membentuk IKAKURA

Perjuangan Senawi kembali dimulai, manakala ia harus bersiap diri hidup di perantauan dan jauh dari orang tua.

“Muncul bayang-bayang hitam tentang mencari kos dan sumber pembiayaan selama kuliah,” ungkap pria yang semasa kuliah juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.

Berkat bantuan dari teman, akhirnya Senawi mendapatkan kos yang tidak jauh dari kampus.

Di sana Senawi banyak bergaul dengan kawan-kawan kosnya yang senasib.

Untuk mengatasi rasa minder, Senawi bersama temannya membentuk Ikatan Kawula Kurang Ragat (IKAKURA).

Komunitas ini banyak melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan, serta menjadi tim Yasinan yang siap diundang dalam acara pengajian dan tahlilan.

Selain sebagai bentuk amal, perjalanan IKAKURA memberikan manfaat tersendiri bagi ‘perbaikan gizi’ anak kos.

Selesaikan Kuliah dengan Beasiswa

Kebutuhan selama kuliah tak cukup murah dibeli, tetapi selalu diupayakan oleh Senawi.

“Setiap bulan pulang kampung untuk meminta jatah bulanan. Namun, hampir selalu menangis saat akan kembali ke Yogyakarta, karena tahu kondisi keuangan orang tua dan tahu persis bagaimana usaha orang tua mencari pinjaman uang untuk bekal hidup sebulan,” pungkas pria yang menamatkan pendidikan masternya di Fakultas Kehutanan UGM itu.

Sejak saat itu, Senawi mulai berpikir untuk mendapatkan beasiswa sebagai sumber harapan yang menjanjikan.

Berkat bantuan dosen pembimbing akademiknya, Senawi akhirnya menerima beasiswa Supersemar di semester tiga.

Dengan beasiswa ini juga, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya.

Pada 1988, Senawi berhasil menyandang gelar sarjana dengan predikat cumlade.

Senawi bertekad menempuh pendidikan tinggi di tengah kondisi ekonomi keluarganya yang memprihatinkan, serta kawan-kawannya yang berpendidikan rendah.

Keterbatasan finansial Senawi sejak kecil hingga menjadi mahasiswa, menjadi rintangan sekaligus tantangan yang membawanya pada kesuksesan.

Konsisten Berkarier di Akademik dan Keorganisasian

Senawi terus menimba ilmu hingga meraih gelar doktor dari S3 Ilmu Lingkungan UGM pada 2007.

Sejak saat itu, ia mulai diberi tugas dan amanah dalam jabatan struktural kampus.

Mulai dari Ketua Prodi, Ketua Departemen, Direktur Kemahasiswaan, Wakil Rektor, dan Ketua organisasi/kelembagaan yang lain.

Saat ini, Senawi sedang menjalankan tugas dan amanah dari PBNU dan PWNU DIY sebagai Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta.

Bersamaan dengan itu, Senawi terus berusaha dan berdoa untuk meraih gelar profesor. (Kinanthi)