Kisah Perempuan Berkarier Alumnus FISIPOL UGM, Belajar Merakyat dari Kampus Kerakyatan

1062

Baca juga: Berhutang pada Kampus Kerakyatan, Alumnus Teknik Geodesi Ini Setia Mengabdi di Daerah Asal

“Di pekerjaan saya, kesejahteraan masyarakat jadi tujuan utama. Visi kami adalah membantu UMKM untuk meningkatkan kesejahteraan,” jelasnya.

Begitu lulus dari UGM, Amalia beberapa kali mengawali kariernya di perusahaan multinasional dari berbagai negara, seperti Perancis, Korea, Tiongkok, Amerika, dan Jepang.

Sejak awal dia memiliki jiwa pendidik. Karena tidak mendapatkan kesempatan untuk mendidik di kampus, dia lantas memanfaatkan talentanya untuk mendidik orang di lingkungan kerja.

“Saya merasa punya talenta, jadi saya ingin memanfaatkannya sebaik mungkin. Harapannya ilmu yang saya berikan bermanfaat bagi orang lain,” ungkapnya.

Salah satu perusahaan multinasional yang pernah ditapakinya yaitu Havas Worldwide, sebuah multinasional advertising agency.

CEO perempuan pertama di Havas ini pada tahun 2009 berhasil mengantarkan perusahaannya sebagai Best Agency Asia Pasific.

15 tahun lebih malang melintang di perusahaan multinasional, membuat dirinya juga menjadi semakin expert di bidang international marketing communication.

Baca juga: Menjaga Keharmonisan Keluarga di Tengah Pandemi Covid-19

Kini selain berkarya di PT AExI, Lia juga menjadi Executive Director di PT ATT Group Authorized Global Partner Alibaba.com dan PT Global Entrepreneur Talent Incubator (GETI).

Kariernya yang gemilang tidak lantas membuatnya jauh dari keluarga. Di luar itu, Lia menulis buku berjudul Wonderful Life.

Sebuah buku tentang perjalanan seorang Lia membesarkan kedua putranya, penyandang disleksia.

Lia yang hidupnya cemerlang secara akademis, sempat terpukul dan tak siap menerima kenyataan bahwa putranya akan sulit memahami hal-hal yang berbau akademik.

Meskipun demikian, akhirnya dia mulai berlapang dada dan menerima kenyataan.

Kedua putranya itu telah membukakan pandangannya tentang potensi lain di luar akademik yang tak kalah hebat dari seorang anak.

Kisah pahit ini telah mengubah hidup Lia. Selain menjadi perempuan karier, kini Lia juga menjadi aktivis disleksia. (Kn/-Th)

Baca juga: Solusi Bupati Kutim Alumnus UGM agar Siswa Tak Mampu Tetap Bisa Belajar dari Rumah