Kisah-kisah Mahasiswa Temui Ketimpangan Sosial di Lokasi KKN

3086

Baca juga: KKN UGM Gandeng PP KAGAMA Kembangkan Kawasan Perkotaan Baru Rasau Jaya

Bersama dengan teman-temannya yang lain, EL kemudian datang mengajar sambil membawa konsumsi dan mengajak murid-murid refreshing dengan melakukan permainan pada jam istirahat.

Hal ini menumbuhkan motivasi murid-murid untuk semangat ke sekolah.

Bertemu dengan Warga yang ‘Sulit Diatur’

Selain dari segi infrastruktur dan kondisi ekonomi, dari segi perilaku warga RT VI dan seterusnya lebih ‘sulit diatur’.

Diceritakan oleh IF, beberapa warga di sana memelihara babi.

Di tempat tinggal IF, ada aturan bagi warga untuk memelihara babinya di dalam kandang.

Berbeda dengan di RT VIII dan RT IX yang melepas babinya dengan bebas layaknya kucing dan anjing liar.

Ada lagi cerita ketika mereka melakukan survei.

IF dan teman-temannya merasa agak shock karena beberapa warga menolak kedatangan mereka.

Baca juga: Potret Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Amerika Tempo Dulu

“Kami udah survei beberapa warga. Berikutnya kami jalan lagi, warga-warga kali ini malah pergi ngeliat kita. Bahkan pas kita datangi langsung ke rumahnya, mereka sembunyi, pura-pura nggak dengar kita ketok-ketok pintu,” ungkap IF.

Ada Diskiriminasi Suku

Ketimpangan sosial dan diskriminasi juga terjadi antara penduduk suku Dayak dan suku Jawa yang tinggal di sekitar lokasi KKN-nya.

Dikatakan oleh IF, penduduk suku Dayak merasa keberatan dengan kehadiran warga suku Jawa yang tinggal di wilayah mereka.

Penduduk suku Dayak merasa tanahnya diambil.

”Kemudian ada diskriminasi di situ. Infrastruktur dan sarana di desa tempat tinggal warga suku Dayak lebih baik. Ini kondisinya jauh sama desa tempat tinggal warga suku Jawa, ngajukan permohonan perbaikan jalan dan jembatan nggak pernah digubris sama pemerintah,” ungkap IF.

Di samping infrastruktur, kondisi pendidikan di lokasi KKN-nya juga jauh dari ekspektasi.

Ternyata tidak semua wilayah di Jawa memiliki kondisi pendidikan yang maju.

”Desa yang di atas jalanannya udah bagus, anak sekolah udah punya buku paket. Kalau di desa yang bawah, jalan masih sulit, listrik masih susah. Anak sekolah kelas lima dan enam SD aja masih nggak lancar membaca. Sudah gitu gurunya sering banget bolos,” ujar EL.

Baca juga: Cara Menabung bagi Mahasiswa Kos yang Uangnya Pas-pasan