Kisah Kerbau Vaksin Dokter Sardjito Menembus Perang Revolusi Kemerdekaan

2538

Baca juga: Film Remaja Jadi Role Model dan Gambaran Masyarakat Indonesia

Sri masih ingat, di dalam rumah bergaya indis yang kini menjadi kantor Pabrik Jamu Tradisional Dr. Sardjito itulah dirinya mengenal Sardjito sebagai sosok yang dermawan dan perhatian kepada keluarga.

Bersama tujuh kerabatnya, Sri ditampung untuk menyelesaikan sekolahnya.

“Biaya dan makan kami ditanggung. Istilahnya dulu kami indekos gratis. Beliau membimbing kami agar menjadi orang yang berguna,” kenang Sri.

Menyuguhi Tarian Jawa

Sebagai pejabat tinggi Universitas, Sardjito kerap menerima tamu.

Uniknya, para tokoh dari berbagai negara, maupun tamu-tamu universitas itu tidak dijamu makanan mewah di hotel. Tetapi disuguhi dengan tarian Jawa.

Baca juga: Kisah Sukses Alumni UGM Tembus Tes CPNS, Belajar dari Media Sosial Hingga Doa Keluarga

“Beliau meminta cucunya untuk menarikan Tari Bondan, tarian klasik Jawa yang di bagian akhirnya si penari memberikan boneka kepada penontonnya,” jelasnya.

Kenangan serupa juga dirasakan adik kandung Sri Rejeki.

Budi Santoso, yang kini menempati rumah sekaligus pabrik jamu seluas 1205 m2 itu.

Dia mengenang Sardjito sebagai sosok yang gigih berjuang dari masa sebelum revolusi hingga setelah revolusi.

Hidup Sardjito diabdikan untuk kemanusiaan.

Karya-karyanya di bidang kesehatan dirasa telah memberi banyak manfaat, seperti penelitian terhadap kolera, disentri, leptosirosis, lepra, pes, typhus, dan abdominalis yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia.

Dia juga turut mempelopori berdirinya kampus-kampus di Indonesia.

Penghargaan yang diberikan oleh pemerintah atas jasa-jasanya selama berjuang merebut kemerdekaan juga banyak.

“Sudah jelas perjuangan Pak Sardjito, sebelum kemerdekaan dan sesudah,” pungkas Direktur PJT Dr. Sardjito ini. (Taufiq Hakim)

Baca juga: UGM Dorong Lulusannya Geluti Bidang Konservasi Orangutan