Kisah Hardjoso Prodjopangarso, dari Hampir Dihukum Mati Penjajah hingga Segudang Karya Teknologi untuk Rakyat

1753

Pribadi yang Tidak Banyak Bicara

Dyah Ekaningsih atau sering di sapa Ning adalah anak kedua Hardjoso dari tujuh bersaudara.

Saat ini, Ning ikut mengurus Yayasan Hardjoso Prodjopangarso yang bergerak di bidang sosial.

Ning merupakan alumnus Teknik Arsitektur UGM dan saat ini masih disibukkan dengan kegiatannya sebagai konsultan di bidang perencanaan, studi, dan pengawasan.

Ning mengenal mendiang ayahnya sebagai pribadi yang low profile dan tidak banyak bicara saat di rumah.

Walaupun pendiam, Ia menganggap ayahnya sebagai sosok pelindung, sumber inspirasi, dan tempat bertanya.

Saat kepergian ayahnya pada 10 Agustus 2013 Ia sangat merasa kehilangan.

“Bapak itu sebagai tempat bertanya dari segala permasalaan terutama masalah-masalah yang membutukan  pengambilan keputusan, sehingga saat kepergian Bapak saya merasa seperti orang hilang,” kenangnya.

Walaupun dikatakan bahwa Hardjoso adalah pribadi yang pendiam di rumah, Etiningsih atau yang sering di sapa Etik selaku sekretarisnya di Laboratorium Kuningan, mengatakan Hardjoso adalah orang yang penuh guyon saat di tempat kerja.

Etik juga menganggap Hardjoso sudah seperti orang tuanya sendiri.

Mitrabani Ramli.(Foto: Maulana)
Mitrabani Ramli.(Foto: Maulana)

Hal serupa juga dikatakan oleh Mitrabani Ramli selaku mahasiswa dan asisten operasi ex surveior P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) dari Hardjoso.

“Saat bekerja bersama, kami ini dianggap sebagai teman untuk bertukar pikiran,” tuturnya.

Saat ini Mitrabani menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Cakar Bumi, juga mengikuti jejak dosennya dengan mengembangkan sistem Cakar Ayam Modifikasi bersama tim teknik UGM yaitu Prof. Bambang Suhendro, Prof. Hary Krisnadi, dan Maryadi Darmokumoro.

Nizam mengatakan, di Fakultas Teknik Hardjoso selalu dianggap sebagai sesepuh dan inspirator bagi yang muda-muda.

Hal itu karena Hardjoso dikenal berjiwa mera putih, berdedikasi pada masyarakat, tidak mengeluh, serta  selalu berpikir solusi.

Sangat humble dan sederhana, Hardjoso berkali-kali diusulkan untuk mendapatkan penghargaan dari presiden dan internasional selalu ditolaknya.

“Beliau mengatakan, saya itu kerja tidak untuk diri saya, tidak untuk pamer, jadi kalau dapat penghargaan saya jadi pamrih”, ungkapnya.(Dewi)