Kiat Menjadi Coaching Bagi Anak Agar Mampu Hadapi Situasi Sulit

442
Praktisi kesehatan mental alumnus Fakultas Psikologi UGM, Nana Atmika mengatakan, di masa pandemi Covid-19, peran orang tua sebagai coach sangat dibutuhkan supaya anak bisa menghadapi situasi sulit. Foto: Ist
Praktisi kesehatan mental alumnus Fakultas Psikologi UGM, Nana Atmika mengatakan, di masa pandemi Covid-19, peran orang tua sebagai coach sangat dibutuhkan supaya anak bisa menghadapi situasi sulit. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Orang tua dan guru bisa menjadi coach bagi anak dalam masa perkembangannya.

Terlebih lagi di masa pandemi Covid-19, peran orang tua sebagai coach sangat dibutuhkan supaya anak bisa menghadapi situasi sulit.

Praktisi kesehatan mental alumnus Fakultas Psikologi UGM, Nana Atmika mengatakan, coaching merupakan salah satu teknologi pemberdayaan manusia.

“Walaupun coaching bukan sesuatu yang baru, tetapi sampai saat ini masih banyak orang yang belum menerapkan coaching dengan benar dan efektif dalam konteks pengembangan diri,” jelasnya.

Hal tersebut Nana sampaikan dalam webinar bertema Pendemi Covid-19 Ciptakan Generasi Tangguh Indonesia.

Acara ini digelar oleh Departemen Kajian Isu Pengembangan SDM dan Kebudayaan PP KAGAMA, pada Minggu (28/06/2020).

Coaching, kata Nana, masih dipandang sebagai kegiatan memberikan instruksi atau mengajari.

Baca juga: Perjuangan Ketua Harian KAGAMA Wonosobo, Rangkul UMKM dan Petani dalam Menghadapi Covid-19

Selain itu, masih ada juga orang yang belum bisa membedakan antara coaching dengan model pemberdayaan diri yang lain.

Menurutnya, coaching merupakan proses perjalanan sukses dengan cara memfasilitasi klien guna membuka dan mengembangkan potensi yang dimiliki klien.

Hal ini dilakukan untuk meraih kehidupan yang diinginkan klien lewat kebiasaan yang benar dan efektif.

“Jadi dimulai dari anak bergerak maju dari tempatnya sekarang, kemudian merancang perubahan untuk meningkatkan performanya secara optimal,” ujar founder Namika Coaching and Training itu.

Ada perbedaan antara coaching dengan model pemberdayaan yang lain, seperti training, mentoring, dan konseling.

Training, kata Nana, merupakan kegiatan mengajarkan suatu skill kepada trainee dengan metode telling.

Dalam prosesnya, trainee yang tadinya tidak mengetahui kemudian menjadi tahu. Dari tidak bisa kemudian menjadi bisa.

Baca juga: Presiden Jokowi: Jangan Ada Ego Sektoral dalam Penanganan Covid-19