Kerajaan Kediri Lahir karena Kucuran Air Kendi Mpu Bharada

4544
Ketua Lokantara alumnus UGM, Dr. Purwadi., M.Hum, bercerita tentang pembelahan Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian, Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Foto: Beritalima
Ketua Lokantara alumnus UGM, Dr. Purwadi., M.Hum, bercerita tentang pembelahan Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian, Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Foto: Beritalima

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pemimpin Kerajaan Kahuripan, Airlangga, mesti mengambil keputusan berat pada 1042.

Kala itu, sang putri mahkota yang merupakan anak pertamanya, Sanggramawijaya Tunggadewi, menolak takhta sebagai ratu.

Dia memilih hidup sebagai pertapa dan kelak dikenal sebagai Dewi Kili Suci.

Sementara itu, Dewi Kili Suci masih memiliki dua adik, yakni Raden Jayangrana (Sri Samarawijaya) dan Raden Jayanegara (Mapanji Garasakan).

Agar kedua adik dari Dewi Kili Suci itu tidak berselisih, maka Airlangga membagi kerajaan yang dia bangun sejak 1009 mejadi dua bagian.

Baca juga: Normal Baru di Jogja Akan Dilakukan Secara Bertahap

Menurut Ketua Lokantara (Lembaga Olah Kajian Nusantara), Dr. Purwadi, M.Hum., Airlangga mengutus Mpu Bharada untuk membelah Kerajaan Kahuripan. Mpu Bharada adalah guru spiritual Airlangga.

“Pelaksanaan palihan negari atau pembagian kerajaan Kahuripan berada di Ceker Sukoanyar, Mojo, Kediri,” tutur Purwadi kepada Kagama.

“Kerajaan Kahuripan harus dibagi adil. Supaya kedua putra Prabu Airlangga hidup rukun tanpa perselisihan. Persoalan warisan tak boleh jadi penyebab silang sengketa,” jelasnya.

Menurut alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM tersebut, rebutan warisan dianggap sangat memalukan waktu itu.

Sebab, kata Purwadi, hal itu menandakan generasi yang tidak mandiri. Bahkan, Jayengrana dan Jayanegara memandang bahwa kekeluargaan dan kerukunan jauh lebih berharga.

Baca juga: Kiat Menjadi Coaching Bagi Anak Agar Mampu Hadapi Situasi Sulit