Kekuasaan Otoriter Efektif Tangani Covid-19?

1062
Alumnus Filsafat UGM ini menilai, pandemi bisa dibilang menjadi dalih yang ideal bagi pemerintah untuk melakukan biopolitik. Biopolitik yang cenderung represif dan menekan berperan penting dalam menangani Covid-19. Foto: Dok Pri
Alumnus Filsafat UGM ini menilai, pandemi bisa dibilang menjadi dalih yang ideal bagi pemerintah untuk melakukan biopolitik. Biopolitik yang cenderung represif dan menekan berperan penting dalam menangani Covid-19. Foto: Dok Pri

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pandemi Covid-19 bukan hanya persoalan kesehatan dan kemanusiaan, tetapi juga berkaitan erat dengan bidang keilmuan lainnya.

Misalnya ilmu biologi dan mikrobiologi yang sebetulnya dibutuhkan untuk menjawab persoalan wabah ini.

Alumnus Fakultas Filsafat UGM angkatan 2014, Taufiqurrahman, mengatakan, pandemi Covid-19 juga memaksa semua orang untuk melakukan hal-hal yang tidak lazim.

Hal tersebut dia sampaikan dalam seminar daring bertajuk Filsafat Merespon Pandemi yang digelar oleh KAGAMA Filsafat, pada Sabtu (1/8/2020).

“Menurut Agamben, hal tersebut terjadi karena pandemi ini memberikan kondisi pengecualian atau kedaruratan.”

“Dengan kondisi kedaruratan itu, pemerintah bisa melakukan segala hal di luar sistem atau sesuatu yang biasa mereka lakukan.”

Baca juga: Alumnus Teknik Nuklir UGM Ini Ungkap Kunci Penting Keberhasilan Proyek Penanggulangan Perubahan Iklim

“Tindakan-tindakan yang tidak biasa atau tidak lazim boleh diambil, contohnya membatasi pergerakan orang hingga penerapan kebijakan lockdown,” ujarnya.

Mengutip filsuf dari Italia, Giorgio Agamben, Taufiq menjelaskan, Covid-19 tidak jauh berbeda dengan penyakit-penyakit flu lainnya, terutama dari sisi tingkat bahayanya.

Penularan Covid-19 memang masif, sehingga membuat semua orang takut. Selanjutnya, kata Taufiq, masyarakat semakin panik manakala pemerintah dan media menggambarkan situasi pandemi begitu mencekam.

Adapun pendapat lain dari filsuf asal Prancis, Jean-Luc Nancy, kata Taufiq, kondisi berbahaya yang diciptakan virus corona berbeda dengan virus-virus lainnya.

Seperti yang diketahui, sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk membunuh virus tersebut, sehingga kewaspadaan yang lebih perlu ditingkatkan.

Baca juga: Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia Masih Stagnan, Begini Kendala dan Solusinya